Skip to main content

Kafunsho, alergi pollen yang datang setiap tahun


Sudah sejak pertengahan Maret tahun ini saya merasakan siksaan setiap pagi yang bersumber dari hidung. Siksaanya berupa hidung meler dan gatel. Melernya itu bening dan banyaaaaak. Banyak banget lah pokoknya sehingga setiap pagi saya harus membawa serta tisyu kemana-mana bahkan ketika harus nongkrong di toilet. Saya kira saya kena flu, makannya saya minum sanaflu. Demikian kata mab Desy Ratnasari ya hehehe. Cuma yang aneh kok kalau saya flu tapi kenapa badan rasanya biasa aja. Ga kayak orang sakit flu gitu. Ok, sanaflu ga mempan maka saya beralih kepada vitamin C. Hampir setiap hari minum UC 1000. Saya agak khawatir juga sama ginjal karena 1000 mg itu guedeee banget lho. Ditambah saya ga begitu suka minum air bening yang fungsinya buat netralisir.

Pak guru sempet bilang "Kamu kafun kali... kan sudah tahun ke-5 ini" Tapi saya tetep ga percaya. Masak iya sih kafun pas di tahun terakhir. Perasaan dari tahun tahun sebelumnya ga kayak gini deh masak tahun ini baru mulai. Cuma memang umbelen berkepanjangan itu ga enak banget ya, makannya saya bela-belain ke dokter di suatu pagi di di awal Mei.

Ketemu dokter yang sudah setahun tidak bertemu rasanya biasa aja sih hahaha. Dokter nanya kenapa? Saya jawab "Meler dok tiap pagi, melernya banyak. Tapi kalau udah agak siang, di kampus gitu ga meler. Nanti kalau malam sudah pulang ke rumah meler lagi dan hidung mampet"

Trus dokter  nanya lagi "Ini tahun ke berapa sih di Jepang?" Saya jawab "Tahun kelima dok, tapi yang beginian baru sekali ini"

Lalu dokter yang bahasa Inggrisnya lumayan itu menerangkan beberapa kemungkinan penyebab hidung meler. Pertama beliau nyebutin debu dari gurun di China yang biasanya terbang kebawa angin sampe Jepang. Karena debunya warnanya kuning maka disebut sebagai yellow dust. Kalau lagi high concentration, itu pegunungan bisa warnanya jadi kuning, kata beliau. Trus ada lagi si PM 2.5, alias debu yang diameternya 2.5 nm (eh nm kan ya?). Debu ini sebenenrnya akibat dari polusi juga sih. Bisa dari pabrik atau asep kendaraan. Dan ini sudah musuh bersama di seluruh dunia. Lalu...nah ini yang paling ngetrend, karena pollen dari pohon Sugi. Sejenis pinus gitu ya, dan ini ada di hampri seluruh hutan di Jepang karena emang dulu ditanam saat reboisasi habis perang dunia kedua. Dulu pas milih taneman ini, pemerintah Jepang ga nyangka kalau bakal jadi sumber bencana tahunan. Secara habis taneman itu tumbuh dan berbunga, banyak orang Jepang yang jadi alergi sama pollen alias serbuk sari nya. Kalau mau nebangin semua pohon kan ga mungkin banget, jadi ini semacam kutukan lah buat orang Jepang. Dari bayi sampe orang tua setiap musim semi pasti akan menderita. Ga semua sih, cuma yang secara genetik sudah ada kecenderungan punya alergi aja. Kayak saya ini ya, saya alergi dengan beberapa pengawet makanan ternyata, dan itu baru saya ketahui setelah punya anak. Pas Nasywa ketahuan alergi sama laktosa, dokter nanya kan, siapa diantara ortunya yang ada alergi. Dan kami berdua saling pandang menggeleng. Ga tuh, ga ada yang alergi. Dokter anaknya keukeuh juga waktu itu. Ga mungkin bu, pak, pasti ada yang alergi karena alergi itu paling besar dipengaruhi genetik. Dan ya Allah...pas prajab tersangka pemberi gen alergi itu ketahuan juga, dan itu aku hahaha

Khusus untuk Kafun ini sendiri, mungkin sebenarnya tubuh ini sudah merespon adanya benda asing bernama pollen itu sejak tahun kedua. Cuma mungkin karena kondisi badan waktu itu sedang fit jadinya ga muncul gejala. Nah tahun ini nih, keknya faktor stress karena disertasi juga mempengaruhi melemahnya daya tahan tubuh hahaha jadinya langsung deh muncul gejalanya, Duuh..melernya itu lho ga kira-kira. Subhanallah banget.

Obat pun ga begitu banyak membantu yes. Wong dokternya aja bilang kafun itu obatnya cuma sabar, karena periodenya ga lama dan pasti berlalu. Dia bilang gitu sambil ketawa-ketawa lagi (-.-) Ya soalnya selain alergi pollen nya si Sugi saya juga alergi pollennya Hinoki. Dan kabar buruknya adalah, periode mekarnya bunga hinoki itu sampai akhir Mei atau awal juni. Wkwkwkwk.... langsung terngiang-ngiang kalimat "Mohon bersabar, ini ujian...sabar ya..."

Dua hari kemarin sempat hujan mendung dan aku bahagia sekali. Tentu saja kalau hujan kan pollen yang terbang ga bakal sebanyak kalau hari cerah. Jadi lumayan bisa buka masker dan bernafas lebih lega. Baru kali ini aku ngerasa hujannya begitu syahdu dan indah gitu plus ada manis manisnya hehehe.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa, konsumsi Lactobacillus acidopillus Strain L-92 yang berperan sebagai probiotic bisa menurunkan frekuensi dan jumlah konsumsi obat pada oenderita alergi polen. Cuma sayangnya kok berapa persen penurunannya dan seberapa signifikannya pengaruh konsumsi bakteri baik itu ga begitu jelas. Tapi kayaknya sih yang jelas, meningkatkan daya tahan tubuh selama musim-musim pohon itu berbunga bisa menurunkan keseriusan gejala alergi. Semoga ya...

Nah, buat kamu yang ada tiwayat alergi debu, trus ada rencana traveling ke Jepang pas musim semi, jangan lupa bawa obat ya. Kalau masker sih di sini banyak yang jual. Cuma kalau kamu harus sakit di Jepang dan ga punya health insurance, itu sesuatu banget harus bayar ber-ribu-ribu yen...

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...