Pak guru sempet bilang "Kamu kafun kali... kan sudah tahun ke-5 ini" Tapi saya tetep ga percaya. Masak iya sih kafun pas di tahun terakhir. Perasaan dari tahun tahun sebelumnya ga kayak gini deh masak tahun ini baru mulai. Cuma memang umbelen berkepanjangan itu ga enak banget ya, makannya saya bela-belain ke dokter di suatu pagi di di awal Mei.
Ketemu dokter yang sudah setahun tidak bertemu rasanya biasa aja sih hahaha. Dokter nanya kenapa? Saya jawab "Meler dok tiap pagi, melernya banyak. Tapi kalau udah agak siang, di kampus gitu ga meler. Nanti kalau malam sudah pulang ke rumah meler lagi dan hidung mampet"
Trus dokter nanya lagi "Ini tahun ke berapa sih di Jepang?" Saya jawab "Tahun kelima dok, tapi yang beginian baru sekali ini"
Lalu dokter yang bahasa Inggrisnya lumayan itu menerangkan beberapa kemungkinan penyebab hidung meler. Pertama beliau nyebutin debu dari gurun di China yang biasanya terbang kebawa angin sampe Jepang. Karena debunya warnanya kuning maka disebut sebagai yellow dust. Kalau lagi high concentration, itu pegunungan bisa warnanya jadi kuning, kata beliau. Trus ada lagi si PM 2.5, alias debu yang diameternya 2.5 nm (eh nm kan ya?). Debu ini sebenenrnya akibat dari polusi juga sih. Bisa dari pabrik atau asep kendaraan. Dan ini sudah musuh bersama di seluruh dunia. Lalu...nah ini yang paling ngetrend, karena pollen dari pohon Sugi. Sejenis pinus gitu ya, dan ini ada di hampri seluruh hutan di Jepang karena emang dulu ditanam saat reboisasi habis perang dunia kedua. Dulu pas milih taneman ini, pemerintah Jepang ga nyangka kalau bakal jadi sumber bencana tahunan. Secara habis taneman itu tumbuh dan berbunga, banyak orang Jepang yang jadi alergi sama pollen alias serbuk sari nya. Kalau mau nebangin semua pohon kan ga mungkin banget, jadi ini semacam kutukan lah buat orang Jepang. Dari bayi sampe orang tua setiap musim semi pasti akan menderita. Ga semua sih, cuma yang secara genetik sudah ada kecenderungan punya alergi aja. Kayak saya ini ya, saya alergi dengan beberapa pengawet makanan ternyata, dan itu baru saya ketahui setelah punya anak. Pas Nasywa ketahuan alergi sama laktosa, dokter nanya kan, siapa diantara ortunya yang ada alergi. Dan kami berdua saling pandang menggeleng. Ga tuh, ga ada yang alergi. Dokter anaknya keukeuh juga waktu itu. Ga mungkin bu, pak, pasti ada yang alergi karena alergi itu paling besar dipengaruhi genetik. Dan ya Allah...pas prajab tersangka pemberi gen alergi itu ketahuan juga, dan itu aku hahaha
Khusus untuk Kafun ini sendiri, mungkin sebenarnya tubuh ini sudah merespon adanya benda asing bernama pollen itu sejak tahun kedua. Cuma mungkin karena kondisi badan waktu itu sedang fit jadinya ga muncul gejala. Nah tahun ini nih, keknya faktor stress karena disertasi juga mempengaruhi melemahnya daya tahan tubuh hahaha jadinya langsung deh muncul gejalanya, Duuh..melernya itu lho ga kira-kira. Subhanallah banget.
Obat pun ga begitu banyak membantu yes. Wong dokternya aja bilang kafun itu obatnya cuma sabar, karena periodenya ga lama dan pasti berlalu. Dia bilang gitu sambil ketawa-ketawa lagi (-.-) Ya soalnya selain alergi pollen nya si Sugi saya juga alergi pollennya Hinoki. Dan kabar buruknya adalah, periode mekarnya bunga hinoki itu sampai akhir Mei atau awal juni. Wkwkwkwk.... langsung terngiang-ngiang kalimat "Mohon bersabar, ini ujian...sabar ya..."
Dua hari kemarin sempat hujan mendung dan aku bahagia sekali. Tentu saja kalau hujan kan pollen yang terbang ga bakal sebanyak kalau hari cerah. Jadi lumayan bisa buka masker dan bernafas lebih lega. Baru kali ini aku ngerasa hujannya begitu syahdu dan indah gitu plus ada manis manisnya hehehe.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa, konsumsi Lactobacillus acidopillus Strain L-92 yang berperan sebagai probiotic bisa menurunkan frekuensi dan jumlah konsumsi obat pada oenderita alergi polen. Cuma sayangnya kok berapa persen penurunannya dan seberapa signifikannya pengaruh konsumsi bakteri baik itu ga begitu jelas. Tapi kayaknya sih yang jelas, meningkatkan daya tahan tubuh selama musim-musim pohon itu berbunga bisa menurunkan keseriusan gejala alergi. Semoga ya...
Nah, buat kamu yang ada tiwayat alergi debu, trus ada rencana traveling ke Jepang pas musim semi, jangan lupa bawa obat ya. Kalau masker sih di sini banyak yang jual. Cuma kalau kamu harus sakit di Jepang dan ga punya health insurance, itu sesuatu banget harus bayar ber-ribu-ribu yen...
Beberapa penelitian melaporkan bahwa, konsumsi Lactobacillus acidopillus Strain L-92 yang berperan sebagai probiotic bisa menurunkan frekuensi dan jumlah konsumsi obat pada oenderita alergi polen. Cuma sayangnya kok berapa persen penurunannya dan seberapa signifikannya pengaruh konsumsi bakteri baik itu ga begitu jelas. Tapi kayaknya sih yang jelas, meningkatkan daya tahan tubuh selama musim-musim pohon itu berbunga bisa menurunkan keseriusan gejala alergi. Semoga ya...
Nah, buat kamu yang ada tiwayat alergi debu, trus ada rencana traveling ke Jepang pas musim semi, jangan lupa bawa obat ya. Kalau masker sih di sini banyak yang jual. Cuma kalau kamu harus sakit di Jepang dan ga punya health insurance, itu sesuatu banget harus bayar ber-ribu-ribu yen...
Comments
Post a Comment