Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Ribut

Sama seperti aku mengenal Abu yang hanya tahu nama panggilannya saja, demikian juga bagaimana aku mengenal Ribut. Semua orang di kampung Selomerah dan sekitarnya tahu siapa Ribut. Dia bernasib sama dengan Abu, cuma Ribut punya kisah pilu dibalik ketidakwarasannya. Konon katanya, dia dulu pernah punya suami dan juga anak. Sayangnya, anaknya meninggal saat usianya masih bayi. Dan karena sebab itulah dia jadi depresi. Karena depresi maka suaminya pun meninggalkan dia, sampai sekarang. Tak seperti Abu, rebut dulu suka mengamuk. Oleh keluarganya dia sering dikurung di dalam rumah dan tidak diberi makan. Kasihan sekali. Lalu, Ribut pun mulai mencari makanan dengan cara meminta pada orang-orang di kampung kami. Tak jarang hingga ke kampung-kampung sebelah. Dia tak pernah minta uang, beda dengan Abu. Dia minta nasi dan teh. Seingatku, Ribut mulai masuk menjadi bagian dari keluarga kami sejak tahun 2000. Aku ingat sekali waktu pulang dari Bogor, kaget pagi-pagi Ribut dating ke rumah. Awa

[Fiksi] Dua Istri, Satu Rumah, Dua Cinta

Arini melirik jam tangan Alexander Christie, sudah menjelang pukul lima sore. Dia menarik nafas panjang, sambil membatin dalam hati "mau sampai jam berapa rapat ini, gmn anak-anak pulang sekolahnya? huft". Rapat pembahasan perubahan kurikulum itu memang menguras banyak waktu, perdebatan berdasar kepentingan pribadi mewarnai jalannya rapat. Sudah sejak pukul empat tadi Arini hendak pamit, dia harus menjemput ketiga anaknya di sekolah, sayangnya ketua Jurusan melarangnya."sebentar lagi" katanya. Lima lebih lima belas, dia harus pergi atau anak-anaknya akan kelelahan menanti jemputan. Suaminya sedang keluar kota, baru nanti malam pulang. Sedangkan Arista tak bisa menyetir mobil, ga mungkin bolak balik 6 kali menjemput mereka satu persatu pakai motor, sedang jarak rumah sekolah 10km. Sejak tadi Arista juga mengirimkan sms, menanyakan "Mbak, anak-anak gimana? apa saya jemput saja?" tapi dibalas Arini "tidak usah, sebentar lagi aku selesei". Dia pun ak

[Fiksi] Gadis 12:30

“Mau kemana Ken?” terdengar suara Linh dari ujung ruangan. “Mau kemana lagi dia selain menemani makan gadis misteriusnya itu” jawab Kim sambil meneguk kopi yg masih panas sehabis menghabiskan makan siangnya. Ken Cuma tersenyum, keluar dari student room . Sejujurnya dia cemas hari ini, apakah gadis itu akan muncul lagi? Karena selama seminggu ini dia tidak pernah lagi melihat gadis manis berpakaian aneh itu. Ken melihat jarum jam, jam 12:35, dan dia mempercepat langkah kakinya menuju kantin kampus yang terletak di sebelah utara laboratoriumnya. Langit terlihat biru cerah, benar-benar panas siang itu. Ken melangkah masuk menuju counter makanan sambil sesekali melihat ke deretan meja makan, memastikan kehadiran gadis itu, gadis 12:30. Ken tak melihat ada gadis itu di bangku-bangku itu, “mungkin dia masih di jalan” hatinya menghibur. Setelah membayar, Ken menuju pojok ruangan. Kantin itu beratap sangat tinggi. Bagian utara ruangan berdesain seperti kantin pada umumnya. Tapi bagian utara

ABU -- si penyuka 'Merah' dan 'Ijo'

Ngomong-ngomong soal doa, saya selalu percaya, bahwa selain doa-doa baik dari Mae dan saudara-saudara yang lain, ada seseorang yang doanya tentang saya didengar oleh malaikat dan langsung diACC saat itu juga, atau beberapa waktu kemudian. Dia adalah Abu. Saya tidak tau nama aslinya dan nama lengkapnya. Sejak kecil saya selalu mendengar orang-orang memanggilnya Abu. Orang-orang dari luar kampung memanggilnya Abu Selo, sesuai asalnya, Selomerah. Saya juga tidak begitu yakin dengan usianya saat itu, tapi kalau dibandingkan dengan saudara-saudaranya mungkin waktu itu dia diusia 40an atau mungkin juga lebih. Tapi, saya pernah mengamati detail guratan wajah Abu sehabis mandi. Bersih, tanpa keriput dan masih innocent. Wajah anak-anak sekali. Sayangnya, Abu mandi bisa sebulan sekali atau dua bulan sekali. Jangan ditanya baunya. Bau khas Abu bisa terdeteksi dari jarak 500m. Baunya juga baru hilang setelah 15 menit dia meninggalkan rumah. Abu selalu berjalan keliling kampung, masuk dari ru

Anak Yatim, Anak Mulia

"... Anak yatim anak yang mulia, dilindungi Allah setiap masa.." Itu adalah penggalan lirik lagu dari group Nasyid kenamaan, Raihan, yang judulnya "Nabi anak yatim". Pertama kali mendengar lagu itu aku langsung jatuh cinta. Serasa dapet SK pengangkatan dan kepastian, bahwa anak yatim sejatinya adalah mulia dan akan selalu dilindungi oleh Allah, sepanjang masa. Keren banget kan? Dan aku, termasuk dalam sekelompok kecil itu. Ya, aku anak yatim. Pae, demikian aku memanggil bapakku, meninggal saat aku berusia 3 tahun. Aku ingat sekali beberapa minggu menjelang ajalnya, beliau sudah dipindahkan ke rumah. Yah, sudah terlalu lama beliau dirawat di rumah sakit karena kanker tulang yang sudah menggerogoti paru-parunya. Beliau lalu dibuatkan kamar semi permanen di dekat pintu tengah rumah lama kami. Disekat dengan lemari baju, berhadapan dengan kamar tidur semi permanen yang hanya dibatasi triplek setinggi 2/3 dari tinggi rumah kami yang biasa dipake aku, mbak Iti mas Heri