Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Tentang Mimpi

Saya termasuk orang yang kalau tidur pasti bermimpi. Padahal salah satu indikator tidur berkualitas itu adalah tidur yang tidak sempat bermimpi saking nyenyaknya. Saya pernah menuliskan mimpi-mimpi aneh saya dalam sebuah tulisan di blog ini. Dari yang mulai dikejar tsunami, sampai dimarahi Mae karena ga mau minjemin uang ke Mas Heri hahaha. Ini mimpi yang absurd. Kentara banget itu manifestasi dari semua kecemasan dan beban pikiran. Saya juga pernah bermimpi ketemu Pak Jokowi. Mimpi ketemu Pak Jokowi itu terjadi bulan Februari lalu. Mimpi yang sedemikian nyata sampai-sampai saat bangun tidur rasa bahagianya masih kerasa hehehe. Secara spesifik ada beberapa teman yang kadang masuk ke dalam mimpi saya mengabarkan sesuatu. Terutama saat dia sedih. Emang ya...pas sedih aja mereka datang ke dalam mimpi saya, bener-bener temen deket banget to. Luki, dan Endah adalah dua orang itu. Mereka seperti ingin mengabarkan perasaan mereka pada saya lewat mimpi. Dan selama ini itu selalu berkorel

When we were young -- Diusir dari kelas

Sejak pagi hujan deras di Yoshida, Yamaguchi. Saya yang sejak pagi sudah mendengar dua kabar duka bener-bener harus berjuang membenarkan semangat yang tiba-tiba saja mlotrok . Ditambah pagi-pagi baca postingan mbak Ega yang bikin banjir. Kisah itu, dan berita duka seorang kawan yang saya dengar di sela tadarus online subuh tadi seperti saling melengkapi. Dan saya cuma bisa ndlewer . Bahkan sambil menulis ini pun, mata saya masih berkaca-kaca mengingatnya. Duh Gusti... Sampai di Lab dengan basah karena hujan memang lumayan besar. Jas hujan saya ga mampu menampung semua percikannya. Ada sebagian yang masuk menelusup dari sela-sela resletingnya. Rok bagian bawah dan lutut basah. Untung saya sudah memutuskan ga akan bawa tas ransel. Saya cuma bawa tas slempang kecil yang isinya kaos kaki cadangan, kartu debit, KTP plus uang seribu. Memang di dompet juga adanya Alhamdulillah masih seribu. Belum ada sejam saya buka laptop meneruskan memoles tabel untuk paper saya, ada anak lantai 4 yang

Sebuah testimoni ~ Vaseline Lip Therapy

Akhirnya...ku menemukan mu...  Bulan Maret dan April lalu menjadi bulan yang sedikit kurang nyaman. Apa pasal? Bibir saya kering dan gatal sampe pecah berdarah. Kirain waktu itu karena sempet nyoba lagi pake pasta gigi yang semriwing buat orang dewasa. Secara selama ini saya selalu pake pasta gigi yang sama kayak yang dipake Nasywa. Sudah dicoba berbagai merk pasta gigi yang semriwing hasilnya semua membuat bibir saya kasar dan pecah-pecah. Tapi kali itu bahkan setelah saya ga pernah pakai lagi pasta gigi yang semriwing, bibirnya ga sembuh-sembuh. Jadi berasa pakai apaaa gitu di bibir. Tebel, kaku, kering, kalo ketawa kelebaran dikit langsung "kreeek" pecah dan berdarah.... Akhirnya tersangka utama pindah ke lipstik. Memang sejak Februari karena dapet voucher diskon saya beli lipstik sama merk cuma beda warna. Kirain mah ga bakal ngaruh gitu ya...ternyata... Demi mengembalikan kesegaran bibir saya mencoba berbagai cara. Dari mulai minum vit C dan makan buah banyak,

The most memorable delicious snack, "Kumkuman Slondok"

Saat di perantauan, ada banyak sekali hal-hal yang kita rindukan. Terutama makanan-makanan yang biasa dibuat di rumah atau dimakan bersama keluarga. Makanan favorit keluarga. Di keluarga kami yang nota bene adalah keluarga kampung sederhana yang tinggal di kaki gunung Merapi, ada beberapa makanan yang selalu ada di rumah. Beberapa diantaranya adalah krupuk original yang putih bulet itu, potil dan slondok. Krupuk original saya yakin semua sudah tahu. Tapi potil dan slondok mungkin beberapa orang baru pertama kali mendengar istilah itu, padahal ya sudah pernah makan juga cuma beda namanya. Potil dan slondok sejatinya bahan bakunya sama, ketela rambat atau ketela pohon atau telo jendral. Telo yang satu ini memang pangkatnya paling tinggi dibanding jenis telo-teloan yang lain, Jendral gitu lho.... Beda potil dan slondok adalah di bentuk, tekstur dan rasa. Hahaha beda semua dong mbak.... Ya emang gitu. Potil itu bentuknya lingkaran seperti ali-ali lebar. Ada dua maca

[KISAH RAMADHAN] Wedang Jahe Mae

Aku sudah berdandan cantik dan menunggunya di depan pintu rumah. Bedak tabur putih itu belepotan di mukaku, Mbak Iti memakaikannya sembarang saja. Rambut kucir dua ku, tertutup jilbab putih dengan peniti di leher, kebesaran.  Seperti haru-hari yang lain, sore ini pun aku sedang menunggunya pulang. Dia memang selalu pulang sehabis ashar, meskipun sesekali lebih larut. Aku menunggunya, bukan karena aku merindukannya. Waktu itu, manalah tahu aku apa itu rindu. Aku menunggu apa yang ada di dalam tas jinjingnya. Tas yang terbuat dari tali plastik biru itu, di dalamnya ada aneka makanan, krupuk, roti kasur, klepon, tahu pong, dawet dan buah jeruk kesukaanku. Sesekali ku dapati susu kaleng coklat kesukaanku. Susu itu adalah dopping ku jika tubuhku mendadak lemas tanpa alasan. Terkadang isinya adalah apa yang sudah ku pesan pagi tadi. Karena setiap pagi sebelum pergi, dia akan bertanya "Njaluk ditumbaske oleh-oleh opo Ar?" Oh itu dia. Aku melihatnya di jalan depan rumah pak

[KISAH RAMADHAN] Puasa Pertama

Ini adalah tahun kedua Nasywa mulai latihan puasa. Anak seumuran dia di Indonesia, pasti sudah tidak masalah puasa sehari penuh selama sebulan, tapi buat Nasywa itu cukup berat. Ada banyak alasan sebenarnya. Tapi yang jelas dan sangat berpengaruh itu karena ga ada temennya. Untuk anak seusia Nasywa, kegiatan keagamaan yang dilakukan bersama dengan kawan-kawan itu akan terasa lebih menyenangkan. Tak cuma puasa, mengaji pun demikian. Beberapa tahun lalu saat populasi anak Indonesia di Yamaguchi lumayan banyak, kami ada kelas TPA online sepekan sekali. Sayangnya, mereka, anak-anak itu harus ikut pulang kembali ke tanah air bersama orang tua mereka, bersamaan dengan seleseinya masa studi. Nasywa pernah juga privat lewat skype dengan salah seorang teman pengajian. Waktu itu di plot waktunya setiap minggu pukul 9 pagi. Sayangnya, kadang Ummi ada acara keluar, atau tidak bisa online sehingga semangat Nasywa belajar mengendur. Akhirnya macet. Dan dengan tertatih akhirnya dia bisa menye