Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2015

Pojokan 4,5

Bagi sebagian orang yang belum pernah merasakan menjadi minoritas, baik itu rasi segi ras, suku maupun agama, pasti akan sulit mengerti apa itu toleransi dan saling menghormati. Meskipun pelajaran PMP/PKn atau apalah namanya sekarang merupakan pelajaran yang paling menyebalkan dan ternyata saya kena karma  punya suami dosen PKn, tapi semua moral yang pernah diajarkan itu nempel di otak saya sampai sekarang. Ya, sekarang di mana saya akhirnya mengalami sendiri apa itu menjadi minoritas, dilihat sebagai orang cantik aneh. Bagaimanapun, hidup di Negara yang bukan mayoritas muslim seperti Jepang, membuat saya belajar banyak tentang norma-norma tersebut. Dan saya akui, bahwa orang Jepang sangat tinggi nilai toleransinya. Yah, meskipun mereka sebenarnya juga wataknya hamper sama seperti orang kita, suka mendendam, suka ngomongin orang juga di belakang, tapi semuanya terlihat begitu positif. Di tulisan yang lalu saya pernah menyinggung tentang bagaimana kami bisa sholat di mana saja. Tapi,

[Guruku] Bu Harti

Bu Harti adalah guruku Bahasa Inggris sewaktu aku di MTs Muhammadiyah Muntilan. Dari beliaulah pertama kali aku belajar melafalkan ABCD versi Inggris. Tahu apa itu noun, verb, adjective dan tahu pula apa itu present tense, pas tense dan masih banyak lagi lainnya. Bu Harti seorang guru senior waktu itu. Meskipun cara mengajarnya masih conservative tapi menurutku cukup cocok untuk  atmosfer kelasku yang cenderung juga conservative. Bu Harti juga orangnya galak tegas. Beliau paling suka memberi PR dari buku LKS. Mungkin karena saking senengnya aku sama pelajaran ini, maka aku selalu bisa menyeleseikannya lebih dari tugas yang diberikan bu Harti, dan itu jadi masalah buat temanku yang lain. Ceritanya pada suatu hari yang cerah, bu Harti memulai pelajaran dengan agak emosi karena Agus, temanku yang bagus ndugal membuat keributan. Entah ini sudah kali ke berapa dia begitu, intinya selalu berbuat ramai dan mengganggu jalannya pelajaran. Tentu saja dia tidak sendiri, mana seru bikin rame

Selalu ada sudut nyaman untuk kita berduaan dengan Tuhan

Hari ini, hari ke-6 Ramadhan 2015. Adzan dhuhur berkumandang dari applikasi hp. Di luar Nampak matahari terik sekali, real feel nya mungkin sekitar 31 derajat celcius. Aku langsung beranjang mengambil sajadah untuk melaksanakan sholat dhuhur. Agak bingung mau sholat di mana. Ruangan ini, yg dulunya ada space untuk sholat sekarang penuh dengan meja. Ruang sebelah juga sedang ada praktikum mahasiswa S1, mau tak mau memang harus ke lantai 4, ke ruangan yang agak sepi. Sampai di sana ternyata ada temen sebelah meja dulu yang sekarang sudah jadi Dosen juga di Yamadai. Dia Tanya, kenapa sholat di sini? Aku jawab karena ga ada ruangan lain lagi. Hiks...ngenesnya jadi minoritas, untungnya sudah tidak dilihat aneh lagi. Jadi ingat tulisan yang sempat jadi Headline di Kompasiana 6 Juni 2013 lalu, judulnya "Ketika Harus Oinori (Sholat), dimana? Hari ini seluruh umat Islam memperingati hari paling bersejarah yang menjadi tonggak awalnya kita diperintahkan untuk sholat, 17 rokaat, seha