Skip to main content

Posts

Showing posts from 2021

2021 : Sunrise till Sunset

  Foto ini diupload Sensei di Facebooknya awal tahun lalu, tahun 2021. Dia juga kirimkan aku foto ini via WA dengan caption yang kalau diartikan kira-kira bunyinya "Selamat tahun baru, ini matahari dan salju pagi ini. Kapan ke sini lagi?" Aku senyum-senyum ketika membacanya. lalu sekian menit kemudian tergugu dalam rindu. Iya, ternyata aku serindu itu dengan Yamaguchi. Rumah yang ku tinggali 5 tahun. Yang menorehkan banyak cerita suka maupun duka. Ku fikir aku sudah bisa ke sana tahun ini, tapi ternyata belum. Terlalu banyak hal yang membuatku harus kembali menyimpan rapi rindu itu. Siapa yang menduga tahun ini akan banyak sekali project yang disampirkan di pundakku. Rasanya tidak ada doa yang aku ulang sebanyak doa "Ya Allah, mampukan hamba menyeleseikan semua amanah ini dengan baik, tanpa menyakiti hati diri sendiri maupun orang lain". Doa itu bahkan menjadi doa wajib selama Ramadhan. Di setiap berbuka, doa itu ku panjatkan. Aku ternyata takut sekali dengan banyak

Diary : 'Almost Done' Feeling

Hari ini langit biru sempurna. Angin bertiup tidak terlalu kencang tapi cukup menyeimbangkan teriknya matahari sehingga masih tetap berasa sejuk. Musim semi memang sudah separoh jalan. Sakura sudah gugur, bahkan bekasnya sudah lenyap dibawa air hujan yang 12 jam penuh dimuntahkan dari langit Yamaguchi senin kemarin. Pohon sakura yang meranggas selama musim dingin, lalu mendadak penuh bunga mungil rapuh nan indah itu, sekarang sudah menghijau kembali. Kehidupan baru dimulai lagi. Pohon-pohon bersemi. Bunga-bungaan musim semi lain seperti tulip dan beberapa irish bermekaran beraneka warna. Pucuk-pucuk bunga khas musim panas pun mulai dipenuhi kuncup bunga. Pink, ungu tua, merah muda dan putih. Mungkin sebulan lagi wajah Jepang, Yamaguchi khususnya, akan dipenuhi bunga-bungaan itu. Tentu juga musim hujan akan segera datang. Musim hujan yang cuma sebulan tapi hujan bisa datang saban hari itu selalu menjadi momok beberapa orang, tapi berkah buat yang punya coin laudry-an. Langit sehar

'Self Reward': Perlukah?

Dia berulang tahun hari ini. Aku tidak tahu ucapan apa yang pantas untuk dia selain kata-kata yang terangkai menjadi kalimat klise.  "Selamat ulang tahun, semoga seluruh usaha dimudahkan, diberikan kebahagiaan dan kesehatan" Seperti yang kalian tahu, doa minta sehat itu sekarang menjadi salam penutup dengan daya sentuh yang kuat. Sehat menjadi rezeki yang akan diminta siapapun dia. Dan doa diberikan kesehatan itu menenangkan. Paling tidak, diantara sekian puluh, sekian ratus, atau sekian ribu orang yang mendoakan, akan ada satu yang dikabulkan. Seperti doa-doa Abu yang aku yakin dikabulkan Allah, sehingga aku bisa melesat sejauh ini.  Dia, adek kecil yang berulangtahun hari ini itu, adalah sahabat sekaligus keluargaku. Aku kadang berfikir, kenapa aku dipertemukan dengan orang-orang tertentu. Begitu juga kenapa aku dipertemukan dengan dia. Lalu seiring berjalannya waktu aku tahu, bahwa dia adalah tempat belajar untukku tentang kesabaran, kedewasaan, dan sumber cinta yang besar

Belajar dari Aska Kecil

Tulisan ini sudah dimuat di Rahma.id dengan Judul "Belajar dari Aska" pada 5 Mei 2020 Link: https://rahma.id/belajar-dari-aska/   Aska namanya. Entah nama lengkapnya siapa saya tidak tahu. Mungkin dulu waktu ‘tilik bayi’ (nengok bayi) saya pernah dikasi tahu nama lengkapnya. Tapi bukanlah saya jika mudah mengingat nama seseorang. Aska kelas 1 SD sekarang.  Dia tinggal di ujung kampung, lumayan jauh dari pemukiman. Dulu Bapaknya adalah seorang TKW, bekerja di Malaysia agar bisa nabung dan membangun rumah sederhada di pojokan sawah petak warisan Kakeknya Aska. Bapaknya memutuskan pulang dan tidak meneruskan menjadi TKW setelah rumah bisa berdiri. Berdiri saja, asal tidak lagi kehujanan dan kepanasan. Perkara di dalamnya masih seadanya ya itu dipikir nanti sambil jalan. Soalnya juga saat bekerja di Malaysia, mata Bapak Aska penah kena pecahan material sehingga ada pelukaan dan butuh dioperasi. Berhubung penanganannya sudah agak telat, mata Bapak Aska yang sebelah sekarang tida

Kenapa dikit-dikit jadi Burn-out?

Sejak mendengar cerita mbak Siti Maryamah tentang burn-out yang pernah dialaminya-- dan mungkin sampai sekarang masih, meskipun sudah banyak berkurang tentu saja karena si Reza-- aku jadi sering menengok ke dalam. Bukan ke dalam rumah, bukan. Apalagi ke dalam saku, tentu di saku saya hanya akan dijumpai remasan tisyu bekas lap tangan makan gorengan.  Yep...aku menengok ke dalam diriku sendiri, ke hatiku, ke fikiranku. Adakah gejalanya aku rasakan juga?  Beberapa kali membaca rentetan gejala burn-out yang banyak beredar di jagat maya, kok rasa-rasanya aku merasa semua gejalanya ada atau paling tidak pernah ku alami ya? Coba saja kalau ga.  Sering capek. Yeah...aku sedikit-dikit rebahan, dikit-dikit rebahan. Rebahan itu korelasinya positif signifikan dengan lelah boyok. Fix, aku sering merasa kelelahan dan itu membuatku pingin rebahan. Pas udah rebahan, kepala ketemu bantal, tangan ketemu guling, adegan apalagi yang akan bisa dibayangkan selain, pelor. Nempel trus molor. See... kamu ti