Aku senyum-senyum ketika membacanya. lalu sekian menit kemudian tergugu dalam rindu. Iya, ternyata aku serindu itu dengan Yamaguchi. Rumah yang ku tinggali 5 tahun. Yang menorehkan banyak cerita suka maupun duka. Ku fikir aku sudah bisa ke sana tahun ini, tapi ternyata belum. Terlalu banyak hal yang membuatku harus kembali menyimpan rapi rindu itu.
Siapa yang menduga tahun ini akan banyak sekali project yang disampirkan di pundakku. Rasanya tidak ada doa yang aku ulang sebanyak doa "Ya Allah, mampukan hamba menyeleseikan semua amanah ini dengan baik, tanpa menyakiti hati diri sendiri maupun orang lain". Doa itu bahkan menjadi doa wajib selama Ramadhan. Di setiap berbuka, doa itu ku panjatkan. Aku ternyata takut sekali dengan banyaknya amanah. Aku tahu bekerja dengan orang banyak, dengan sifatku yang keras, punya potensi besar menimbulkan kegaduhan. Aku sungguh tidak mau menorehkan luka di hati orang lain (lagi), baik yang disengaja maupun tidak.
Lalu siapa sangka di pertengahan tahun, aku kehilangan Pak Dhe. Dan rentetan cerita setelahnya ternyata panjang sekali. Mae kecapekan, lalu pijat, ternyata salah pijat. Karena salah pijat itu lalu ada otot yang ketarik (sprain) menyebabkan Mae kesakitan sepanjang waktu. Kami semua dibuat sibuk, bingung, gugup, takut, sekaligus sedih. Perasaan campur aduk yang datang silih berganti setiap hari. Aku, Mbak Siti dan Mas Heri berupaya mencarikan obat. Dari yang tradisional sampai medis. Dari yang ga bayar sampai yang jutaan. Mungkin hanya aku saja yang berfikir begini. Aku ingin memberikan yang terbaik buat Mae. Sebab aku tidak ingin menyesal. Iya, untuk alasan itulah aku mencurahkan seluruh tenaga, fikiran dan uang demi Mae bisa sembuh. Aku cuma tidak ingin menyesal. Se-egois itu.
Semua bayangan buruk tentang Mae selalu menghantui hari-hari. Wa-wa di siang hari menjeda kuliah dan kesibukan lain, memaksaku untuk berhenti memikirkan pekerjaan dan memfokuskan diri pada Mae. Kadang Mae telpon saat aku sedang mengisi kelas, dan aku tanpa berfikir panjang langsung menjeda kelas. "Mohon maaf, ada panggilan syurga" itu dalihku pada mereka. Untung mereka mau mengerti.
Telpon keluh kesah yang panjang. Tentang sakit yang ini, pindah ke sini, mau berobat ke sana, mau dibeginikan, harus bagaimana, kenapa sakit sekali, kenapa tidak sembuh-sembuh, kalau aku mati..." dan semua keluh kesah itu selalu bisa membuatku terpekur sebentar kadang juga lama. Kadang aku menangis tiba-tiba dan meminta peluk suami ataupun Nasywa. Nasywa lalu akan bertanya "Kenapa? mikirin Uti?". Iya...aku takut sekali. Aku belum siap. Aku sungguh-sungguh takut dengan hal-hal yang mungkin terjadi.
Malam-malam minggu yang panjang selama 6 bulan. Malam minggu yang jika bisa tidur 4 jam itu sudah harus disyukuri. Malam-malam minggu yang diisi tidur-tidur gelisah. Rengekan minta pijit dan elus. Serba salah posisi dan bingung juga harus membantu bagaimana selain terus mengelus sambil terkantuk-kantuk. Lalu pelan-pelan beranjak pindah ke kursi depan untuk merebahkan badan setelah hari menjelang pagi. Jika beruntung maka subuh baru terbangun karena tidak ada interupsi. Jika jatahnya harus berjaga maka baru rebahan sudah dipanggil lagi meneruskan elusan. Aku yang kalau tidur kurang dari 6 jam bisa oleng ini diberi kekuatan entah dari mana sehingga bisa melalui itu semua.
Selama itu, suara-suara saudara dan tentangga yang aku yakin karena perhatian dan sayang kadang terasa bagai sembilu. Seperti azimat berduri. Nasehat begini, nasehat begitu, usulan begini, usulan begitu, terawangan begini terawangan begitu. Semua menyadarkan kami bahwa niat baik yang disampaikan di waktu yang tidak tepat akan berasa seperti pedang yang menyayat-nyayat hati. Kelak jika ada saudara sakit, Please...aku...ga usah komentar dan sok tahu. Doakan saja. Kalau punya uang ya support dengan materi. Sekaya apapun dia, saat sakit dia itu butuh suntikan dana, bukan cuma usulan. Kasih sayang dan perhatian yang dibarengi dengan komentar dan usulan-usulan yang dipersepsikan sendiri itu bisa diterima berbeda oleh yang sedang mengalami. Jadi please aku, kalau ada saudara sakit, jangan banyak komentar oke??!!
Sepanjang itu kami harus mengadaptasikan diri dengan kondisi Mae. Mbak Iti yang harus bolak-balik Selo setiap hari. Mas Heri yang tidak bisa lagi bebas pergi-pergi sesuka hati. Dan aku yang sebisa mungkin di setiap ada waktu luang menemani Mae. Aku tidak pernah berpikir semua itu akan berujung. Di saat kami sudah adjust dan menikmati semuanya, menerima segalanya, lalu Mae harus diopname karena kena batuk.
Siapa sangka itu adalah momen titik balik. Waktu yang kumanfaatkan untuk mengkonfirmasi kondisi badan Mae lewat segala macam pemeriksaan dan disimpulkan Mae tidak apa-apa selain masalah kakinya. Muntah, mual dan tidak doyan makan itu entah apa. Jika di akhir hari dokter bilang ada gejala typus, itu mungkin hanya statement karangan tanpa dasar saja. Karena ketika ku minta hasil cek darahnya tidak pernah diberikan. Tapi sungguh tidak apa-apa, karena akhirnya sekarang Mae sudah sehat dan mulai bisa beraktivitas sendiri.
Di sepanjang tahun ini aku juga kehilangan banyak teman lama. Kehilangan yang ku ketahui hari itu juga dan membuatku menangis beberapa saat. Dan kehilangan yang baru ku ketahui beberapa bulan sebelumnya dan membuatku menangis agak lama. Mereka-mereka teman yang luar biasa. Sedikit atau banyak, aku bisa seperti ini juga karena ada mereka dalam cerita hidupku.
Oh iya, aku menangis 4 hari saat Didi Kempot meninggal. Saat itu aku sedang PMS sepertinya. Aku bisa berkabung sepanjang itu karena aku merasa Indonesia tidak punya harapan lagi dengan meninggalnya Mas Didi. Ga ada lagi yang bisa membuat semua patah hati menjadi haha hihi. Sungguh 4 hari yang buruk. Memutar lagu Mas Didi sambil menangis sesenggukan. Padahal kenal dia aja enggak. PMS saja yang dituduhkan sebagai penanggungjawab semua ini.
Tak ada kata selain Alhamdulillah untuk tahun penuh roller coaster ini. Banyak pembelajaran yang mendewasakan. Banyak cinta dari orang-orang terkasih. Banyak rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Yang paling ku syukuri tentu saja bahwa semua amanah dapat diseleseikan dengan baik. Bahwa bisa menjaga Mae selama opnam meskipun tidak full. Bisa mencurahkan semua kemampuan untuk memberikan yang terbaik buat Mae.
And heil... Di new year eve ini mendadak charger laptop ga mau support. Gejalanya udah sejak visitasi hari kedua itu. Tapi mati totalnya baru malam ini. Sehingga tulisan ini akhirnya harus diselesaikan dengan hp.
Apapun... Tahun 2021 ini sungguh terasa singkat. Dari mulai sunrise sampai sunsetnya membawa banyak kenangan. Dari cuaca cerah, mendung, hujan gerimis romantis, badai datang, hujan mereda, lalu langit terlihat cerah bersih dan matahari akhirnya terbenam di barat dengan indah.
Terimakasih kalian yang selalu ada di hati, yang menemani saat-saat sulit ku, yang menambah kebahagiaan dalam hidupku. Tahun depan kita berjuang bersama lagi dengan penuh bahagia ya ❤️❤️
Comments
Post a Comment