Skip to main content

Autumn di London yang Dingin dan Gloomy

Sudah di penghujung Desember. 
Tahun ini rasanya waktu berjalan cepat sekali. Mungkin karena banyak hal yang harus dikerjakan. Banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan. Dan banyak-banyak lain ber keling-keling di seputarku setiap hari. Tapi aku sangat menikmati itu semua. Aku menikmati rapat-rapat panjang. Zoom-zoom sampai malam selama berbulan-bulan setiap malam. Meskipun endingnya agak bikin broken heart 😂 Tapi sejujurnya di sinilah ketulusan ku diuji. Dan aku ga lolos. Kayaknya sih ga lolos ya. Atau lolos dengan nilai tidak excellent. Tapi aku belajar banyak dari itu semua. 

Nah, hebatnya, meskipun nilaiku tidak excellent, tapi Allah tetap kasih aku hadiah akhir tahun yang luar biasa. Bisa terbang selama hampir 19 jam itu kl bukan karena kekuatan yang diberikan oleh Allah kayaknya ga mungkin. Dan selama itu aku banyak tidurnya 😂
Lalu bisa jalan yang jauuuh beneran jauuuh menikmati setiap sudut kota London dan Birmingham itu apalagi kalau bukan hadiah istimewa, 

Alhamdulillah
Allahuakbar!


Aku ga pernah menyangka, London se-magis ini. Ku fikir cintaku sudah habis pada Jepang. Sebab aku tidak betul-betul bisa merasakan chemistry ketika berkunjung ke beberapa negara lain. Tapi London itu, entahlah, mungkin suasananya saat aku di sana betul-betul mendukung untuk sedikit melankolis dan romantis. Aku jadi jatuh cinta!

Datang di awal bulan November, katanya sih masuh Autumn, tapi percayalah jangan kau percaya 😂
Sebab, autumnnya London itu gloomy sekali. Ga ada matahari. Sama sekali gada nampak si matahari. Masih mending di Birmingham yang autumnnya ada mataharinya. Lagit berwarna biru juga kalau siang. Ini ga, di London sejak pagi sampai petang, langitnya bermuram durja tak guna.

Aku bertanya pada temanku, dan dia bilang, memang inilah ciri khas autumn-nya London. Gloomy, berangin dan dingin menggigit. Sudah macam winter saja hanya ga ada saljunya. Dan iya, aku salah kostum lagi. Dua jaket yg ku bawa adalah jaket Autumn. Untungnya bawa longjon beberapa, jadi bisa didobel. Pernah aku dobel 5 baju karena hari itu akan banyak kerja di luar ruangan dan sudah kebayang dinginnya. 



Saking banyaknya aku jalan, sepatu Sketchers ku juga sampai bolong insolnya, tergerus kakiku yang semangat bertumpu. Iya, dalam sehari aku bisa jalan 12 ribu langkah lebih. Padahal ini sudah banyak malesnya karena terlalu dingin. Aku sering naik bis dibandingkan jalan meskipun jaraknya dekat dan scenery-nya bagus. Hanya karena tak tahan dinginnya itu 😓

Sedingin dan se-gloomy itu dan pemandangan yang kulihat di mana-mana adalah orang yang gandengan tangan, atau jalan sambil pelukan, atau antri makan sambil ciuman. Hmmm
Waktu aku cerita itu ke Lou, partner kerja dari London South Bank Uni, dia bilang sesuatu 

"Aku ga pernah merasakan bahwa London seromantis itu!"

Wkwkwkw...ngakak aku
Mungkin ini pertanda, suatu hari nanti aku akan balik ke sana di musim yg sama dengan orang yang ku cinta dan kita akan melakukan perjalanan penuh romantisme seperti yang ku lihat kemarin-kemarin itu. Aamiin Ya Allah....

Salah satu jalan yang paling sering aku lewati adalah Regent Street. Jalan ini jalan mewah sekali. Dengan lampu-lampu karakter di sepanjang jalan yang kalau  malam pasti indah sekali. Dengan kanan kirinya toko-toko produk baju, tas, dan sepatu branded dari ujung ke ujung. Jalan yang ramai dengan turis tapi entah kok tidak berasa crowded menurutku. Masih sangat bisa dinikmati. bahkan lorong-lorong di belakang toko itu banyak sekali restoran yang sepertinya menarik untuk didatangi.
Sayangnya, aku tak kuasa menahan dinginnya malam untuk sekedar menikmati lampu lampu ilumination di sepanjang Regent Street ini. 

InsyaAllah nanti ya....aku akan mengunjungi mu dengan seseorang yang bisa menghangatkanku 😍






Comments

Popular posts from this blog

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Hujan, dan Doa-doa yang Dikabulkan

( Design picture by Dey Iftinan ) Aku pernah sangat membenci hujan. Aku tidak suka basah dan dingin yang diakibatkan olehnya. Aku juga tidak suka ketika kegiatanku terganggu karena hujan turun, entah itu gerimis maupun hujan deras. Aku selalu bilang, orang-orang yang menyukai hujan, pastilah mereka yang punya mobil untuk bisa kemana-mana, atau mereka yang tak harus kemana-mana karena semua kebutuhannya sudah tercukupi. Aku pernah membenci hujan. Aku membenci hujan dua kali lebih besar ketika dia turun di pagi hari, saat aku harus mengantar anak sekolah dan saat semua kegiatan akan dimulai. Susah bukan, jika harus berangkat berhujan-hujan lalu sampai sekolah dengan kebasahan? Itulah kenapa aku membencinya dua kali lipat jika hujan turun di pagi hari. Dan aku masih membenci hujan. Aku pun mengutuki hujan yang turun di sore hari, saat berasku habis. Aku harus berkejaran dengan waktu dan juga hujan, untuk pergi ke toko membeli beras, lalu mengayuh sepedaku cepat-cepat menjem...