Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2017

Belajar Membaca sambil WhatsApp-an

Resolusi tahun 2017 ini salah satunya adalah menyiapkan Nasywa pulang ke Indonesia dan sekolah di sana. Salah satu dari sekian banyak persiapan itu adalah, mengajari dia membaca dan menulis huruf abjad dengan aksen Indonesia. Bukan aksen Jepang atau Inggris. R ya harus ribaca ER bukan AR. K harus dibaca KA buka KE. Dan seterusnya. Untungnya Nasywa sudah kenal huruf abjad sejak umur 3 tahun. Memang dari dulu ga diajari membaca juga, cuma dikenalkan huruf saja. ABCD dan seterusnya. Cuma setelah pindah ke sini, huruf-huruf itu jarang dipakai. Waktu dia mulai membaca dan menulis, kira-kira umur 6 tahun, dia cuma fokus belajar membaca dan menulis katakana, hiragana. Kalau diajak belajar baca abjad bilang " Aku kan ga pake itu Ummi.. ." Saya sengaja tidak memaksa juga sih. Melihat beban belajar dia setiap hari yang sudah lumayan. Ditambah harus belajar menulis (menghafal juga ini) huruf kanji, kayaknya kok saya jahat sekali memaksakan dia harus juga belajar membaca bahasa In

A Night to Remember -- Durian

Kemarin, 11 Januari 2017, adalah hari yang patut dikenang. Yang kelak ketika aku menceritakannya kembali, akan ada perasaan yang kurang lebih sama seperti yang kurasakan. Ada haru, ada seru, ada biru juga. Tapi, malam kemarin, juga adalah salah satu malam yang patut untuk dikenang. Bukan melulu karena malam kemarin sempat sport jantung gegara deadline submission revisian paper yang sudah di menit-menit terakhir dan baru dibereskan, tapi juga tentang kebahagiaan bisa lagi makan duren. Itu memang bukan foto Nasywa semalam. Semalam, tak ada waktu untuk mengeluarkan ide memotret dia yang begitu kegirangan menerima duren. Sekedar membalas WA suami dan teman saja rasanya malas. Masih ada hal penting yang ingin dan harus diseleseikan secepatnya. Kira-kira begitu pikirku. Foto itu, adalah salah satu moment 3 tahun lalu saat dia ketemu duren pertamanya setelah diajak tinggal di sini. Semalam, ya kira-kira sama lah ekspresinya. Duren beku itu ditungguin. Di tunyuk-tunyuk memastikan ap

Nasywa dan gigi-gigi susunya

Hati sempat ciut, dan bibir tersenyum kecut saat baca status mba Tutik tentang gigi anak Jumat lalu. Mb Tutik menulis, "Gigi yang bagus, adalah hadiah dari Ibu kepada anaknya" . Kalimat itu didapatnya mb Tutik dari Dokter gigi anaknya. Jauh sebelum itu, saya juga sempat dibikin manyun gegara ada yang cerita masalah pergigian anak ini. Tapi saya lupa ini saya baca di status siapa. Ceritanya, waktu memeriksakan gigi anaknya di Dokter gigi, dan sang Dokter bertanya berapa jumlah gigi anaknya? Sang Ibu ga bisa jawab. Lalu Dokternya bilang "Padahal, gigi adalah organ yang paling mudah dilihat, diraba, dan dihitung. Harusnya Ibu lebih tahu kondisinya." Nasywa, mungkin satu dari sedikit anak yang tidak suka makan coklat (bahkan baunya aja dia ga suka), ga suka permen, dan ga minum sufor, jika itu semua bisa disebutkan beberapa penyebab gigi karies. Tapi, gigi Nasywa hancur berantakan, karies di depan belakang samping kanan samping kiri sejak dia umur 3 tahun. Umur 4