Skip to main content

Nasywa dan gigi-gigi susunya


Hati sempat ciut, dan bibir tersenyum kecut saat baca status mba Tutik tentang gigi anak Jumat lalu. Mb Tutik menulis, "Gigi yang bagus, adalah hadiah dari Ibu kepada anaknya". Kalimat itu didapatnya mb Tutik dari Dokter gigi anaknya.

Jauh sebelum itu, saya juga sempat dibikin manyun gegara ada yang cerita masalah pergigian anak ini. Tapi saya lupa ini saya baca di status siapa. Ceritanya, waktu memeriksakan gigi anaknya di Dokter gigi, dan sang Dokter bertanya berapa jumlah gigi anaknya? Sang Ibu ga bisa jawab. Lalu Dokternya bilang "Padahal, gigi adalah organ yang paling mudah dilihat, diraba, dan dihitung. Harusnya Ibu lebih tahu kondisinya."

Nasywa, mungkin satu dari sedikit anak yang tidak suka makan coklat (bahkan baunya aja dia ga suka), ga suka permen, dan ga minum sufor, jika itu semua bisa disebutkan beberapa penyebab gigi karies. Tapi, gigi Nasywa hancur berantakan, karies di depan belakang samping kanan samping kiri sejak dia umur 3 tahun. Umur 4 tahun, dia sudah mulai mengalami yang rasanya sakit gigi. Ga kebayang gimana sakitnya. Saat saya bawa ke sini kondisi giginya sungguh memprihatinkan. Ditambah cuaca yang masih dingin membuat sakit giginya kambuh beberapa kali di sekolah. Waktu itu, Senseinya bilang kalau sebaiknya Nasywa ke dokter gigi saja.

Masih ingat bagaimana usaha kami membawa Nasywa ke dokter gigi kali pertama. Tentu saja ada penolakan dan pergolakan hahaha udah macam perang aja. Tapi, Alhamdulillah, proses pemermakan gigi Nasywa yang memakan waktu dua bulan (2x datang setiap minggu) hasilnya bisa dibilang amat memuaskan. Meskipun tak ada satupun gigi Nasywa yang luput dari tambalan, sampai diguyoni om dan tante nya, kalau Nasywa ketawa langsung silau karena tambalan giginya kelihatan, tapi ada satu hal yang bikin amazing.

Gigi depan Nasywa yang kecil-kecil itu juga karies bapak ibu. Griwing sana sini. Saya ingat, gigi depan itu dipermak terkahir setelah dokter selesei memermak semua gigi dalamnya. Itupun sekali datang satu gigi, bayangkan. Untung gratis ya...soalnya pas lihat laporan dari HI nya ternyata biayanya mehong. Nah, untuk gigi depan atas yang griwing itu, dokter malukan pemermakan sekali datang 2 gigi.

Gigi yang keropos dibersihkan. Dikerok bagian keroposnya. Di lumeri entah apa cairan warna kuning. Lalu di UV pakai kayak senter kecil bergagang panjang. Lalu, mulailah proses pelukisan (entah apa nama sebenarnya) di gigi Nasywa. Dokter menggunakan seperti suntikan tetapi berujung tumpul. Di dalamnya berisi seperti dough, lalu dengan sangat cermat dan terlebih dahulu sudah memperkirakan sebesar apa gigi asli Nasywa sebelum kena karies, Dokter mulai melukiskan gigi baru dengan bertumpu pada gigi akar lama yang masih bersisa. Sebentar setelah dilukis, Dokter meratakan cetakan giginya, lalu dia UV lagi. Kemudian proses terakhir adalah penghalusan bentuk. Dan cling!! mendadak gigi Nasywa sudah utuh lagi. Dengan bentuk yang bagus ga kelihatan kalau itu hasil lukisan. Amazing!!!


Tapi masalah tak selesei di situ. Usut punya usut, memang ternyata air liur kita itu mempengaruhi kesehatan gigi. Ada air liur yang asam, sehingga membuat gigi mudah berlubang. Ada air liur basa dan membuat cepat tumbuh karang gigi. Tolong di koreksi ya Ibu-ibu dokter gigi. Soalnya saya nangkepnya begitu wkwkwk secara bahasa Jepang capet capet doang. Dan kiranya, air liur Nasywa itu yg asam. Ditambah lagi Nasywa ga suka minum air putih, plus dia kadang kalau makan suka di emut. Ya sudahlah. Komplit sudah ini.

Demi mengantisipasi kejadian buruk terulang lagi, maka yang saya lakukan selanjutnya adalah memahamkan Nasywa tentang pentingnya gigi dan pentingnya merawat gigi. Sekarang rusak bisa ditambal, dan nanti gigi ini juga lepas ganti gigi tetap. tapi kalau sudah gigi tetap, ga akan lagi gigi susulan. Emangnya pengumuman CPNS yang setelah pengumuman ditetapkan masih ada susulan.

Selain itu, saya juga rutin membawa Nasywa ke dokter gigi. Iyes, 6 bulan sekali kalau tidak ada keluhan. Seperti Sabtu kemarin, saya dan Nasywa baru saja ke Dokter gigi langganan kami, Inoue Sensei. Jadwalnya cek dan dibersihkan giginya. Foto di atas itu adalah Suster baru yang sedang membersihkan gigi Nasywa bagian atas. Oh iya, di sini bersihin gigi itu harus datang 2 kali. Sekali datang dibersihkan yang atas, lalu datang lagi untuk dibersihkan bagian bawah.

Sekarang kalau ke dokter gigi sudah ga minta dipegangin lagi tangannya. Dulu setiap dilakukan tindakan, pasti dia genggam tangan saya erat-erat. Kalau semakin kenceng bornya, semakin kenceng dia genggam tangan saya. Mungkin malu juga dia sekarang, sudah kelas 2. Petugas front desk sama dokter dan suster seniornya kadang sampai ketawa lihat Nasywa  menggenggam tangan saya kenceng.

Setelah selesei, biasanya pasien anak-anak akan diberikan koin untuk main gacha gacha. Itu tu, permainan yang di dalamnya banyak mainan kecil-kecil, kita puter trus mainannya keluar. Inoue dentist ini selalu memberikan mainan penghapus karakter. Semua pengapus karakter Nasywa dia dapat sebagai hadiah sudah mau diperiksa giginya. Semoga nanti di Indonesia, di Jogja tepatnya, bisa nemu klinik gigi yang friendly kayak gini. Ada yang punya rekomendasi??



Comments

Popular posts from this blog

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...

Sekoteng Hati

  Aku sedang mencari tempat yang tepat untuk menikmati segelas sekoteng ini. Tempat yang sejuk, silir, dan sunyi. Tempat yang aman dari pandangan aneh orang saat melihatku melamun sambil nyruput sekoteng ini. Tentu saja juga tempat yang aman dari wira wiri jin keganjenan yang mungkin saja ingin merasukiku karena aku kebanyakan melamun. Aku sedang mencari tempat seperti itu. Aku juga sedang mencari teman, yang di pelukannya aku bisa menangis sepuasku. Jikapun dia merasa malu, maka menangis di pundaknya pun bagiku sudah cukup. Atau, biarkan aku menangis dan dia cukup memandangiku sambil sesekali ngecek updatean statusnya. Aku tak peduli. Karena aku cuma tak ingin menangis sendirian. Aku ingin ada yang tahu aku sedang pilu. Aku sedang mencari teman seperti itu. Atau mungkin, Akhirnya aku harus menjatuhkan pilihanku pada sekoteng ini. Biar cuma dia saja yang tahu aku sedang ingin memangis. Mungkin air mataku bisa menambah cita rasanya yang kemanisan. Atau...