Skip to main content

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

     Oke kita lanjut ya 👉

    Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅

4. Turki (Bursa dan Istanbul)
    Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan beneran, beberapa kali memutuskan ga pakai jaket karena masih anget.

    Kesan pertama pas datang tengah malam adalah, ini kayak di Bandung 😇. Bandung bagian jalan mau ke Pangalengan yang dingin dan agak sepi. E tapi pas udah terang, ternyata emang mirip banget sama pinggiran Kyoto. Dingin, sepi, banyak orang lalu-lalang dan berjalan cepat-cepat. Kebetulan hotal tempat kami tinggal selama di Istanbul ada di dekat stasiun kereta. Jalan raya yang luas dan tenang, memang vibesnya menyenangkan sekali. 

    Negara Turki itu negara yang terletak di dua benua, Asia dan Eropa. Di kedua bagian benua itu vibesnya beda. Menurut penjelasan tour guide kami, negara Turki di bagian Asia (97%) lebih aman dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal, sehingga harga tanah di sini mahal dan kebanyakan yang punya rumah di sini adalah para cendekiawan (dosen, dokter, dll). Di Turki bagian benua Eropa vibesnya emang kayak negara-negara eropa lain dengan gang senggol yang dipagari bangunan bertingkat kuno. Lorong antar bangunan kayak telenovela zaman dulu 👀

    Karena waktu stay yang hanya 3 hari, maka tidak banyak yang bisa kami kunjungi. Bursa dan Istanbul adalah dua kota besar yang paling banyak kami eksplore. Itu juga terbatas ke masjid-masjid, makam, dan restoran dan pusat belanja. Kami sempat menelusuri selat Bhosporus yang memisahkan bagian Turki Asia dan bagian Turki Eropa. Beruntung siang itu udara tidak terlalu dingin kami bisa menikmati perjalanan air dengan menikmati menara-menara kerajaan dan masjid yang indah baik di Turki sisi Eropa maupun Asia.

    Tapi entah kenapa, kami tidak jatuh cinta dengan Turki. Jika kami ditanya apakah ingin kembali ke sana lagi? kayaknya sih enggak kecuali dapet gratis 😂😂. Nanti lah ya saya cerita kenapa kok 'kapok' ke Turki.

5. Madinah
    Hmm.... salah satu kota yang paling dirindukan oleh umat Islam seluruh dunia. Yang kalau di reels IG atau di TikTok di daku sebagai kota terindah di dunia. Setelah melewati perjalanan panjang (6 jam) dari Jeddah ke Madinah, melewati bukit-bukit batu yang gersang dan menyedihkan, memasuki kota ini memang memberikan kesan yang magis. Sepanjang jalan saya membayangkan bagaimana Rasulullah bisa melalui perjalanan panjang ini saat Hijrah dengan tanpa pohon penaung, suhu yang tinggi, ah bikin meweks pokoknya. 


    Kami tidak punya waktu explore kota Madinah. Ini kota baru yang saya ga bisa mendeskripsikan. Indah sih enggak, karena devinisi indah menurut saya itu gemerlap, warna warni, berbunga-bunga. Menenangkan mungkin lebih tepat. Hidup berjalan hanya searah saja. Hotel dan masjid. Kamu dan penciptamu. Tidak ada yang lain. Lupa dengan semua urusan dunia dan merasa dekat sekali dengan Rosulullah. 

6. Mekah
    Tiga malam di Madinah, kami menghabiskan sisa waktu di Mekah. Lagi-lagi perjalanan panjang dari Madinah ke Mekah menyadarkanku bahwa Indonesia itu seindah-indahnya negara. Eh ya masih indah Jepang sih 😋. Padang batu yang tandus. Tidak terbayang bagaimana ibunda Hajar berlari dari bukit Safa dan Marwa bolak-balik tujuh kali untuk mendapatkan air. Bukit yang sekarang sudah tidak bisa disebut bukit itu saja terasa sekali tenaga pendakiannya, apalagi dulu dalam kondisi panas, haus, anak nangis 😭😭 Untungnya Ibunda Hajar selalu percaya Allah tidak akan meninggalkan dia dan Ismail setelah menyuruh Ibrahim meninggalkan mereka di sana. Bekal keyakinan itu luar biasa. Di titik tertinggi sebuah usaha (7 kali) akhirnya ada mata air yang muncul. Mata air zam-zam yang istimewa dan diberkahi itu.

    Kota Mekah adalah kota yang penuh dengan semangat ibadah, terutama bagi para peziarah. Kota sumber devisa tertinggi bagi pemerintahnya. Kota tersibuk melayani para peziarah. Jika tanpa peziarah, kota ini sebenarnya sepi. Terutama itu yang terkesan saat keliling kota di siang hari. Tapi, konon penduduk setempat keluar di malam hari saat matahari sudah sembunyi dan suhu udara lebh bersahabat. 


   Sepanas, secrowded itu saat jam-jam sholat, dan seaneh itu bau mall di Tower Zam-zam, kami sepakat bahwa kota ini punya daya magis yang membuat semua yang punya iman, ingin kembali pulang. Kota yang bisa membuatmu lupa bahwa kamu punya tanggungan kerjaan, punya pekerjaan, dan semua urusan dunia terlihat keciiiil saja. 

Comments

Popular posts from this blog

Sekoteng Hati

  Aku sedang mencari tempat yang tepat untuk menikmati segelas sekoteng ini. Tempat yang sejuk, silir, dan sunyi. Tempat yang aman dari pandangan aneh orang saat melihatku melamun sambil nyruput sekoteng ini. Tentu saja juga tempat yang aman dari wira wiri jin keganjenan yang mungkin saja ingin merasukiku karena aku kebanyakan melamun. Aku sedang mencari tempat seperti itu. Aku juga sedang mencari teman, yang di pelukannya aku bisa menangis sepuasku. Jikapun dia merasa malu, maka menangis di pundaknya pun bagiku sudah cukup. Atau, biarkan aku menangis dan dia cukup memandangiku sambil sesekali ngecek updatean statusnya. Aku tak peduli. Karena aku cuma tak ingin menangis sendirian. Aku ingin ada yang tahu aku sedang pilu. Aku sedang mencari teman seperti itu. Atau mungkin, Akhirnya aku harus menjatuhkan pilihanku pada sekoteng ini. Biar cuma dia saja yang tahu aku sedang ingin memangis. Mungkin air mataku bisa menambah cita rasanya yang kemanisan. Atau...

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...