Skip to main content

Rabu Jalan -- Ichinosaka gawa saat musim sakura

Rubrik baru di blog ini adalah...Rabu Jalan. Sebenernya mau dikasi nama Jalan-jalan, cuma karena rencana mau diposting setiap rabu jadinya digabung aja jadi Rabu Jalan.

Di rubrik jalan-jalan saya akan bercerita tentang spot-spot yang sudah pernah dikunjungi baik di Jepang maupun (nanti) di Indonesia. Kalau sempet nulisnya hahaha penting ya itu, mohon digaris bawahi sendiri.

Untuk edisi perdana jalan-jalan kali ini saya akan sedikit (kalau banyak-banyak takut kehabisan ide nulis) cerita tentang Ichinosaka gawa atau sungai Ichinosaka terutama saat musim sakura. Kenapa saat musim sakura? Soalnya kalau lagi ga musim sakura, sungai ini ya biasa aja kayak sungai-sungai yang lain di dunia. Ada batunya, ada airnya, ada rumputnya. Yang istimewa adalah di sepanjang sungai ini tumbuh berderet-deret pohon sakura, dari ujung keee ujung.

Ada satu waktu lagi yang istimewa dari sungai ini, yaitu saat musim panas dan ada festival Hotaro alias kunang-kunang. Biasanya pada beberapa malam di awal musim panas (sekitar bulan Juli), di sungai ini ada festival kunang-kunang. Sayangnya sudah sekian tahun di sini belum pernah sekalipun lihat *sedih. Sungai Ichinosaka ini memang bersih ya. Meskipun airnya ga begitu melimpah tapi suasananya itu asyik banget. Makannya cocok untuk tumbuh, berkembang dan kencan para kunang-kunang. Semoga summer tahun ini bisa ke sana. Semoga Allah mengirimkan mobil jemputan. Aaamiin....


Ichinosaka gawa letaknya di tengah kota Yamaguchi, tepatnya di dekat kantor balai kota dan Dojomounzen. Kapan-kapan diceritain apa itu Dojomounzen. Nah, untuk sampai ke sungai ini biasanya kami naik sepeda. Dari apato sekitar 20 menit menyeberangi sungai, menuruni lembah, lewat jalan besar, tunnel, tanjakan, turunan, jalan datar hehehe ekstreem amat ya. Tapi sepanjang jalan ke sana pun pemandangannya asyik, jadi meskipun ngayuh sepeda ga kerasa juga capeknya. Apalagi kalau pas musim sakura udara masih adem-adem gitu, jadinya nyaman-nyaman aja.


Di kanan dan kiri sungai ada jalan yang bisa dilalui mobil. Tapi biasanya kalau sedang ramai orang maka mobil ga boleh lewat, apalagi pas musim sakura begini yang biasanya sepanjang jalan penuh dengan orang-orang yang datang ingin sekedar menikmati sakura atau berfoto-foto. Nah di sepanjang jalan itu ada toko-toko kecil menjual minuman, makanan kecil dan es krim. Ada juga restoran tradisional yang sederhana. Biasanya sih yang dijual seputar udon, soba dan kare. Yah kalau di kita kayak bakso, mie ayam sama soto gitu lah ya.


Spot paling crowded adalah di jembatan. Soalnya banyak banget yang antri foto di jembatan. View nya emang paling bagus karena bisa dapet background sakura dari sisi kanan kiri sungai. Selain itu ramai juga anak-anak kecil menuruni tangga badan sungai lalau mainan air di sungainya. Airnya yang bening emang kayak manggil-manggil untuk dijamah hehehe. Waktu itu karena ga bawa ganti jadinya Nasywa main aja di bagian pinggir sungi ga sampe nyebur. Begitu aja udah heboh karena banyak banget yang menurut dia menarik, terutama bunga-bunga rumput dan serangga.


Di Jepang ini ada beberapa macam sakura yang musim bloomingnya tidak bersamaan. Sakura yang bunga pink cerah biasanya mekar duluan dan banyak ada di pulau Okinawa. Selain di Okinawa, sakura pink ini juga mekar duluan di dekat Tokyo dan menjadi tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Yang paling umum dan banyak tersebar di Jepang adalah sakura yang bunganya pink muda. Biasanya bloomingnya berurutan dari bagian selatan Jepang ke utara Jepang. Bunganya cuma bertahan 7 harian, itupun kalau ga kena hujan dan angin. Kalau sedang tidak beruntung kadang begitu mekar malamnya hujan pakai angin, ya sudah bye bye early sama sakura.

Yang istimewa, di Ichinosaka gawa ini ada white sakura, alias sakura bunga putih. Putihnya putiih gitu dengan bagian putik danbenangsari yang kehijauan membuat dia semakin cantik. Biasanya sakura ini mekar agak lebih cepat dibanding yang pink muda, tapi ada juga yang mekarnya setelah yang pink rontok. Sedikit berjalan masuk di seberang sungai Ichino ini juga ada sakura jenis menjuntai dengan kelopak bunga keriting. Pohonnya cuma ada satu di depan sebuah rumah. Karena tak ingin mengecewakan para penikmat sakura, akhirnya rumah itu menyediakan tempat duduk dan bahkan minuman dan snack ringan di depan rumahnya. Pagar rumahnya pun dimundurkan sehingga si pohon yang sudah tua dan berdiri kokoh itu mudah diakses oleh orang banyak tanpa mengganggu privasi pemilik rumah.

Nah, gimana? Kapan mau ke sini? hehehe...

Bunga ini memang magnet luar biasa. Ga cuma untuk wisatawan luar negeri tapi wisatawan lokal juga ga kalah heboh. Ya gimana lagi, setahun mereka cuma bisa ketemu beberapa hari saja, gimana ga bikin kangen coba. hihihi....



Selain melihat-lihat sakura, foto-foto dan bercengkrama sambil jalan-jalan, salah satu aktivitas yang banyak dilakukan selama musim sakura adalah hanami. Hanami (hana = bunga ; mitai = melihat) atau secara mudahnya adalah makan-makan, party dan berkumpul di bawah pohon sakura ini sudah menjadi tradisi yang turun menurun. Biasanya orang-orang akan membawa bekal masing-masing atau lebih seru lagi barbecue-an di bawah pohon sakura sampai bosan sampai makanannya habis. Hanami di kampus Yamaguchi juga seru lho... kapan-kapan diceritain ya...



Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...