Skip to main content

Rabu Jalan -- Naik kereta uap tuut tuut tuut^^^

Hai hai...ketemu Rabu lagi dan ketemu dengan rubrik Rabu Jalan....

Kali ini saya akan berbagi cerita perjalanan kami naik SL (Steam Locomotive) dari Yudaonsen station ke Tsuwano. Ga jauh-jauh ya, ini masih di seputaran Yamaguchi juga. Kota kecil yang sejuk, damai dan tenang cocok buat belajar. hihihi promosi nih ye...

Bulan April lalu, Pemerintah provinsi bekerjasama dengan pihak kampus menyelenggarakan event jalan-jalan naik kereta SL ke Tsuwano dengan biaya yang disubsidi oleh pemerintah. Tentu saja tujuan utamanya adalah mempromosikan tempat-tempat wisata, yang salah satunya adalah Tsuwano (Tsuwano letaknya di kota sebelah yaitu Shimane), plus moda transportasinya yang lumayan antik yaitu SL atau kereta uap. Yang boleh ikut tentu haruslah mahasiswa asing dan atau family-nya. Diharapkan mahasiswa itu nantinya bisa ikut mempromosikan objek wisata Yamaguchi di negaranya. Nah...karena sudah dibayarin, jadilah saya nulis ini sebagai bentuk rasa tanggungjawab juga...


SL Yamaguchi sendiri dulu awalnya beroperasi pada tahun 1960-an. Sebelum adanya kereta listrik, SL menjadi penunjang utama laju perekonomian di Yamaguchi khususnya dan beberapa daerah lain di Jepang. Namun seiring perkembangan teknologi, SL akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 1973. Kedudukan SL lalu mulai digantikan oleh kereta listrik atau yang lebih dikenal sebagai commuter line alias densha alias kereta biasa, bukan kereta cepat. Namun karena kecintaan terhadap kereta uap dengan segala memori yang ada di dalamnya, plus permintaan dari banyak pihak yang ingin kereta SL kembali beroperasi, maka diputuskan untuk menjadikannya sebagai salah satu objek wisata plus sarana berwisata. Berwisata naik kereta uap ke tempat tujuan wisata yang juga cukup terkenal di Yamaguchi yaitu Tsuwano. Dan, SL tipe C 571 ini adalah satu-satunya yang sampai sekarang masih beroperasi meskipun tidak setiap waktu alias hanya di akhir pekan saja dan akan berhenti beroperasi selama musim dingin.



Berbeda dengan kereta listrik pada umumnya, desain interior SL sedikit lebih unik dan nyaman. Kursinya dibuat berhadapan dengan meja di tengahnya sehingga memungkinkan penumpang untuk menikmati minuman dan makanan selama perjalanan dengan nyaman. Karena memang lajunya yang tidak cukup cepat dan ditambah beberapa kali berhenti untuk menambah batu bara atau sekedar memberikan kesempatan kepada penumpang dan masyarakat untuk berfoto, membuat perjalanan ini akan membosankan jika tidak diselingi dengan makan dan minum. Kalau Anda tidak sempat membawa bekal dari rumah, jangan khawatir, di dalam ada mbak-mbak yang jualan makanan, minuman dan souvenir. Kemarin saya sih bawaannya banyaaaak. Dari mulai snack, minuman, permen, makan besar hehehe biasalah emak-emak maunya ngirit, soalnya harga barang yang sama di mbak-mbak itu lebih mahal daripada beli di supa.


Seperti yang sudah saya bilang tadi, bahwa kereta SL ini banyaaak banget berhentinya. Salah satu alasannya adalah karena harus isi ulang batubara sebagai sumber energi. Kalau tidak salah di stasiun ke-4 dari Yudaonsen kereta akan berhenti cukup lama. Petugas akan naik ke gerbong batu bara lalu memindahkan batubara dari gerbong ke dalam tungkunya. Moment ini dipakai oleh para penumpang untuk melihat petugas melaksanakan tugasnya atau berfoto di lokomotif paling depan kereta sambil menikmati pemandangann yang ga kalah keren. Kita bener-bener berhentinya di tengah hutan gitu, jauh dari rumah penduduk. Kebayang kalau musim dulu, bisa jadi ini jadi spot menarik untuk para begal untuk melancarkan aksinya.


Kereta uap yang punya 5 gerbong ini juga dilengkapi dengan gerbong observasi. Gerbong yang letaknya tepat di belakang kepala kereta ini tidak sebesar gerbong penumpang, tapi cukup untuk menampung 10-15 penumpang untuk sekedar menikmati pemandangan lewat kaca besar yang tertutup rapat sehingga asap hitam hasil pembakaran tidak bisa masuk. Dari dalam gerbong sini kita juga bisa memuaskan hasrat jadi selebriti yang di dada dada i para penggemarnya hahaha... Soalnya pada jam-jam kereta lewat, banyaaaaak banget para fotografer yang nungguin di pinggir jalan, anak-anak sampe orang dewasa yang juga di pinggir jalan melambai-lambaikan tangan dengan diiringi suara kereta uap tuuut...tuuttt...tuuut^^^^


Setelah kereta berjalan cukup jauh, melewati hutan, lembah, jembatan, persawahan, pinggiran pedesaan, dikagumi banyak orang dan ditunggui berpuluh-puluh fotografer pemburu SL, akhirnya si SL yang eksotis ini sampai di 2 stasiun sebelum Tsuwano. Di stasiun ini hasrat para penumpang yang belum terpuaskan untuk berfoto akan bisa ditunaikan. Kereta akan berhenti 10 menit cuma sekedar meladeni penumpang berfoto dan penduduk sekitar juga yang ingin numpang foto tanpa ikut naik kereta. Tak cuma berfoto dengan lokomotifnya, tapi juga foto dengan petugas kereta yang berpakaian lengkap dengan topi hitam yang khas. Kalau dilihat, seragamnya memang berbeda dengan seragam standard petugas kereta di Jepang. Ya iyalah ya...ini kan kereta wisata jadi harus dibuat semenarik mungkin.

Yang harus diperhatikan saat naik SL adalah, berhubung dia itu kereta uap, maka asapnya banyaaak. Dan jelas, asap, seindah apapun adalah asap. Ya baunya, ya warnanya, kalau masuk ke hidung dan nempel di pakaian bakal berbekas. Oleh karena itu, jangan lupa menutup jendela saat masuk ke terowongan. Jendela boleh dibuka lagi kalau sudah di luar terowongan. Tapi kalau bawa anak kecil sih mending selama perjalanan jendelanya ditutup aja ya, saya ga begitu cocok sama baunya sih, Nasywa juga. Lagian kaca di jendelanya lebaar kok, jadi meskipun ga dibuka tetep bisa menikmati pemandangan luar dengan leluasa.

Nah, kalau bosan, langsung aja cus ke gerbong observasi. Jangan lupa siapkan senyum termanismu dan lambaian tangan ala-ala model Eropa xiixixi..beneran sepanjang jalan banyak banget yang nungguin kamu eh si eksotis SL ini lewat. Mereka ga peduli sama penumpangnya sih hehehe...mereka nungguin kereta ini seperti mereka menunggu kenangan yang dibawa kereta itu, di sepanjang gerbongnya, tentang perjuangan masa lalu, tentang kesulitan yang menguatkan, dan jikapun kenangan itu lewat lagi, mereka sudah bisa menerimanya dengan bahagia bahkan ditunggu-tunggu.

Itu!! *acungin jari telunjuk ala pak Mario


Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...