Skip to main content

Cita-cita ku



Weeh...judulnya kayak tema essay anak SD.

However, karena malam ini nge-share salah satu cita-cita yang belum kesampaian, jadi kepikiran untuk menuliskan cita-cita saya dari kecil sampai sekarang, yang sudah dan belum tercapai. Ada berapa banyak? Yang pasti banyaaaaaak bangeeeet. Dari cita-cita yang sepela kayak misalnya pingin bisa masak nasi sendiri, sampai yang agak besar, sampai yang besar-besar.

Saya tidak pernah menuliskan cita-cita saya di kertas lalu saya tempel di tembok. Kebanyakan cita-cita saya itu saya simpan di hati. Sambil sedikit-sedikit menyiapkan bekal untuk mencapai cita-cita itu. Bukankah seperti seseorang yang hendak melakukan sebuah perjalanan, kita harus menyiapkan ubo rampe agar tidak tersesat dan kelaparan?

1. Pingin Jadi Dokter

    Yes, ini cita-cita umum sekali dan hampir semua anak kecil bercita-cita ini. Tapi saya emang beneran pingin banget jadi dokter. Apalah mau ditulis, kemampuan otak saya itu ga matching sama cita-cita. Meski sejak kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP saya selalu rangking 1, tapi ternyata saat SMA saya cuma masuk 3 besar sekali doang pas kelas 3 hahaha. Selebihnya selalu di peringkat 4 atau 5. Lha gimana to...saingan saya lho ada Endaryati saat kelas 1, ada Endaryati lagi di kelas 2, trus ada Hanafi di kelas 3. Ya ampuun....mereka itu sel otaknya sejuta kali lipat lebih banyak dibanding saya ya...ya sudah saya nyerah. Maka saat ada pengumuman USMI IPB, saya seperti menemukan pelarian. Yuuk...hindari segala jenis ujian UMPTN yang pasti melelahkan itu, kita ambil jalan pintas. Masuk IPB juga keren hahaha

2. Pingin Jadi Penyanyi
    Omaigot....ini jelas-jelas cita-cita yang keblinger. Hellow suara lo itu kayak kaleng krupuk kosong, cempreng...plis deh jangan memperburuk kebisingan dunia dengan suaramu. Tapi...sejelek-jeleknya suara saya ini, ada beberapa kali saya berkesempatan nyanyi di depan umum. Yang pertama saat kelas 1 SMA pas wasanawarsa anak kelas 3. Demi mewakili kelas 1.4 saya rela mempermalukan diri menyanyikan lagu Krisdayanti yang bertajuk 'Menghitung Hari' dan cuma diiringin gitar. Piye jal...akustikan je... Trus di tengahnya ada suara gitar doang dan saya baca puisi. Ya ampuun...itu jalan pintas jadi terkenal adek-adek ku... Ikutilah jejak kakakmu ini. Menyanyilah meskipun suaramu pas-pasan, maka siapapun akan tahu kamu itu ada di SMA mu hahahaha.
Yang kedua nyanyi pas pemilihan pelajar teladan se Kabupaten Magelang. Apakah kalian bisa membayangkan apa yang ku nyanyikan? hahaha 'Rindang Tak Berbuah'-nya Teteh Kirey. Itu persiapannya sampe dibelikan speaker Mae dipasang di Tape Deck di rumah. Ya Allah ampuni kecerobohan hamba...

3. Pingin Jadi Penulis
    Cita-cita ini sebenarnya terinspirasi dari Mas Ipar saya. Beliau selain suka fotografi, juga suka menulis. Catatan-catatan beliau yang ditulis dengan tulisan halus khas manusia zaman 60-an itu kalau dikumpulkan dan dibukukan mungkin bisa jadi 10 buku. Di zamannya, beliau beberapa kali menulis di kolom Hikmah Republika. Mupeeeeng banget pingin juga tulisan dimuat di surat kabar, saya pun belajar. Dari siapa? Tentu saja dari Pak Makno dan Pak Sholeh, guru bahasa Indonesia SMP dan SMA. Demi itulah saya selalu jadi murid kesayangan beliau berdua. Lha kalau disuruh ngarang saya pasti yang karangannya paling panjang. Apakah cita-cita ini sudah kesampaian? Yah...pernah beberapa kali tulisan masuk di majalah Tarbawai yang fenomenal itu. Beberapa kali jadi Headline di Kompasiana. Dua kali naik cetak di Kompas cetak meskipun cuma seumprit. Sekali nulis di Mojok. Sekali nulis di Rivpo, dan yang pasti sih nulis di blog ini. Hihihi

4. Pingin Jadi Pembalap
    Coba bayangkan, ada seorang pembalab perempuan yang pakai jilbab dan balapan pakai rok... Wuiih beneran saya pingin banget jadi pembalap kayak gitu. Ini semua gara-gara waktu SMA suka main kebut-kebutan sama anak SMA sebelah apa STM pojokan di sepanjang Jl. Pemuda Muntilan hehehe. Kalau menang kayaknya berasa bisa mengangkat nama SmuPong yang sudah tinggi itu hahaha. Tapi ya sudahlah...kalau yang ini cita-cita yang impossible kayaknya. Karena saya sekarang takut naik motor sendiri. Jalanan Jogja terlampau riuh untuk saya yang biasanya naik ontel di sini.

5. Pingin Kuliah di Teknik Perkapalan
    Saat kelas 2 SMA kalau ga salah, saya pingin kuliah di Teknik Perkapalan ITS. Angan-angan saya, kalau masuk teknik perkapalan, saya bisa naik kapal laut kemana-mana. Jadi montir ga masalah, tapi kan tetep bisa keliling dunia. Tapi, semua cita-cita ini kandas setelah negara api menyerang eh setelah pulang dari jalan-jalan ke Bali. Saya naik kapal kecil nyebrang selat yang ga begitu lebar gitu udah kepingin muntah... Lha...jebul hiyut hiyutan di tengah laut itu ga asyik. Yo wis kita coret cita-cita ini dengan tinta biru....

6. Pingin pinter main piano dan menjahit
   Yang ini juga impossible gitu deh, terutama yang pertama. Soalnya saya ini ga aware sama not plus tangga nada. Ga bisa bedain mana do mana si. Ga bisa mabil nada. Bisa main keyboard sedikit juga karena sering lihat Nasywa latihan. Saya hafalin mana yang dipencet duluan gitu, trus bisa. Bukan karena aware sama nadanya. Makannya, saya suruh Nasywa les piano. Kalaupun saya ga bisa, yah minimal Nasywa bisa dikit-dikit. Dia memang bukan saya, tapi boleh dong menitipkan sedikit cita-cita saya ke dia hehehe.
Kalau menjahit ini sudah on the way belajar. Beberapa kali sukses bikinin bajunya Rika chan, boneka Nasywa. Tentu saja jahit tangan bukan pakai mesin jahit. Lumayan lah untuk pemula. Suatu saat nanti InsyaAllah pingin jahitin bajunya suami.

7. Pingin (sekolah) ke Jepang
    Awal mulanya adalah karena saya fall in love sama karakter Kenshin di anime Samurai X. Anime itu ngehits pas saya masih SMA. Setiap pulang sekolah, sekitar habis Ashar diputer di RCTI atau INDOSIAR ya saya lupa. Anime ini dan Inuyasha, si setengah manusia setengah siluman anjing itu, membuat saya mereka-reka rencana. "Suatu hari aku pingin ke Jepang, ketemu Kenshin!". Sesederhana itu dan seenggak mungkin itu. Sederhana karena cuma pingin ke Jepang, tapi ga mungkin juga karena pingin ketemu Kenshin. Cuma setelah kuliah, dan ketemu dengan dosen-dosen yang lulusan dari Jepang, rasa ingin itu semakin kuat. Lalu doanya pun dirubah. Jadi sekedar ingin ke Jepang, menjadi ingin sekolah di Jepang. Dan pintu itu mulai terbuka satu-satu. Skenario Allah memang luar biasa.


Satu hal yang selalu membuat saya selalu ingin bermimpi adalah, karena bermimpi itu gratis. Dan dari mimpi itu kita jadi punya energi lebih untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Fokusnya hanya melakukan yang terbaik, maka hasil yang baik juga akan mengikuti.

 

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...