Skip to main content

Selamat Ulang Tahun, Aeni....



Pagi ini, pertama buka Google langsung disuguhi Google doodle plus ucapan "Happy Birthday Aeni".. Uh, co cweeet hehehe. Jadi ingat, kalau hari ini, 27 Januari, sekian puluh tahun yang lalu (OMG tuwa bangeeet) aku dilahirkan. Menurut cerita Mae, karena aku anak terakhir, maka Mae punya keinginan melahirkan di BKIA yang waktu itu baru buka. Mae ingin merasakan enaknya habis lahiran ada yg ngladeni makan, anaknya ada yang mandiin, popoknya ada yang nyuciin, dan paling tidak 3 hari bisa istirahat. Sebuah keinginan yang sederhana, mengingat Mae sudah melahirkan 5 orang anak sebelumnya, dan selalu hanya ditemani dukun beranak di kampung. Habis lahiran udah harus ngurusi bayi merah, nyiapin makan anak-anak yg lain. What a hard life. Ga ngebayangin bagaimana di tengah kondisi begitu Mae tidak pernah mengalami baby Blues syndrome. Aku yang melahirkan ditemani suami, habis lahiran cuma makan tidur menyusui aja di hari ke-6 sesudah melahirkan sudah bias bilang "Aku bosan sama Nasywa". Itu sudah tanda-tanda depresi akut. Ga kuat aku menjalani hari-hari penuh begadang, makan yg kebanyakan daun-daunan, di rumah dari bangun tidur sampai tidur lagi, ga ada me time, ga ada teman. Sutreeesss.

Tapi itulah Mae. Aku mungkin mewarisi sifatnya yang keras dan tahan banting. Mae demi melahirkan aku di BKIA rela menjual cincin emas 3 gram yang bliau punya. Dan beliau tidak pernah menyesal melakukan itu. Dan..itu sudah sekian puluh tahun yang lalu. Sekarang, mungkin Mae bahkan tidak ingat kalau di tanggal 27 Januari ini aku ulang tahun. Dan itu..ga penting. Karena bahkan tanpa embel-embel ulang tahun pun Beliau selalu ada mendoakan diriku.

Kalau melihat kebelakang, alangkah banyak peristiwa, tempat, dan orang-orang yang sudah dikirim Allah untuk mendewasakan, memberikan pelajaran, menguatkan, dan juga menceriakan dalam kehidupan ku. Siapa sangka, aku yg 'anak Mae' ini bias bertahan hidup selama 4 tahun di Bogor. Well yeah meskipun awalnya nangis setiap hari.... Lalu, siapa kira, aku yang mendengar kata UGM saja sudah minder, bisa melanjutkan sekolah dan sekaligus bekerja di sana. Kalau bukan karena Allah mengirim Bu Sriani, mungkin itu hil yang mustahal. Lalu, siapa kira aku bisa ketemu suami ku bahkan di tengah keprihatinan gempa Jogja 2006. Dan sungguh luar biasa ketika mimpi-mimpi masa muda, pingin sekolah di Jepang, pun bisa dikabulkan. Sungguh,  alangkah angkuhnya aku jika masih menanyakan nikmat mana yg harus aku syukuri. Semua itu, ada orang-orang hebat yang mendukungku, menguatkanku, dan membantuku. Mereka pun, dikirim Allah untuk ku....

Dan, ada yang membuatku merenung penuh haru pagi ini. Awalnya, ada sms masuk menanyakan berapa besar gaji pokokku? Sms itu dari nomor Hp Mae. Kami yang tahu betul bahwa Mae ga mungkin kirim sms ya jadi bertanya-Tanya, siapa ya yg kirim sms? Eh ternyata, yang kirim sms ponakan, katanya ditanyain gurunya, berapa gaji pokok ku. Suami yang penasaran akhirnya bertanya kepada kakak iparku, kok Syifa nanyain gajik pokoke ummi kenapa e? Lalu dijawab "Oalaah, itu tugas dari sekolah disuruh mewawancarai Idola. Dan syifa mengidolakan dek Ari.."

Duuh...aku itu siapa to Dek, kok sampe kamu idolakan. Kalau kayak gini, kan aku jadi malu..., Dek.
Ku anggap itu doa, semoga bulik mu ini bisa memantaskan diri menjadi idola bagimu ya, Dek. Dan terimakasih, karena sudah mengidolakan ku. Itu, hadiah paling indah dan berharga buat ku.

Selamat Ulang Tahun, Aeni....
Ayo selalu semangat memperbaiki diri. Memantaskan diri. Menjaga diri....

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...