Skip to main content

Aku ingin memahami mu, Dek....

Dek,
Sambil ngolah data data siang ini, ummi tiba-tiba teringat kamu. Ah, mungkin karena tadi ketemu sama temen Ummi dan dia nanyain kamu, atau karena cerita-cerita lucu dengan mu yang aku bagi dengannya tadi yang membuat aku kangen kamu, Dek.

Dek,
Ummi ngantuk banget hari ini. Semalam meladenimu ngerjain PR, nyiapin pernik pernik buat dibawa sekolah, murojaah hafalan bacaan sholatmu yang ternyata masih banyak salahnya plus nemenin baca Qur'an harian yang sampai jam 10 malam itu membuat Ummi tidak bisa tidur nyenyak. Sudah terlanjur lewat ngantuknya Ummi. Ummi malah jadi asyik menikmati wajah imutmu yang sedang tertidur pulas. Hidung mancungmu. Alis mu yang nanggal sepisan, dan juga bibir tipismu yang selalu mengeluarkan kalimat-kalimat complex, susah dimengerti, campur aduk bahasa Indonesia dan Jepang bikin Ummi harus bolak balik buka google translate daripada ketahuan oon.

Eh Dek,
Ini tentang kegemaranmu nonton. Jadi, tiba-tiba tadi sambil setengah ngantuk, setengah ndengerin temen curhat, ummi kok kepikiran itu ya. Rasa-rasanya, kami, Ummi dan Abahmu ini terlalu banyak menuntutmu, terutama soal "Jangan kebanyakan nonton".

Ya Allah Dek,
Ummi baru sadar. Kamu itu bangun tidur sudah langsung nyamber anduk buat mandi, bahkan di musim dingin yang paginya njekut kayak gini. Saat kamu sedang enak-enaknya menikmati shower air hangat itu, Ummi sudah mengganggumu, menggedor-gedor pintu kamar mandi supaya kamu segera sabunan, lalu sikat gigi, dan sudah mandinya. "Boros air, boros gas Dek!" itu kata Ummi setiap hari. Ealaaah, pagi-pagi kok ya sudah kena ceramah.

Lalu Dek,
Habis itu, kamu langsung sat set pakai baju, sarapan, kuciran, trus siap pergi sekolah. Pada deretan aktivitas itu, kamu selalu bertanya "Boleh sambil nonton ga?". Toh kalau Ummi jawab ga boleh ya kamu nurut aja, meskipun pakai bilang "Kok kayak gitu?". Haduh Dek...lha kamu ini kalau nonton shin chan aja udah kayak lagi dengerin kuliah biokimia. Seriusnya ga ketulungan, bikin nasi nugetmua kungkum air ludah lama di mulutmu. Sudah lupa kamu sama rasa sakit gigi?

Tapi Dek,
Kok tadi aku ngebayangin hidupmu di sini itu berat nian ya. Makannya, harusnya aku sama Abahmu ga usah segitu-segitu amat mbatesin kamu nonton. Lha kalaupun dihitung jam, paling kamu nonton sehari itu sejam. Lagian tontonanmu ya cuma Conan, Doraemon, Shin chan, Maruko chan. Harusnya kami mengaggap itulah caramu mengistirahatkan fisik dan jiwamu dari rutinitas yang lebih gila dari anak-anak lain. Sekolah dari jam 8 pagis ampe 3 sore. Lalu ngerjain PR di penitipan sambil main-main sampai jam 6 atau 7 malam. Baru pulang, nonton sebentar udah harus drill baca sama berhitung. Lanjut ngaji, dan lain-lain.

Ya sudahlah Dek,
Mulai nanti, Ummi akan tidak banyak berkomentar saat kamu nonton. Toh kalau kamu nonton pasti ga cuma diem aja. Yang sambil bikin origami lah. Njahit flannel lah, ngemil kripik lah. Intinya ya ga segitunya.

Ya sudah Dek, gitu aja ya... Nanti kamu pulangs ama Ibunya Reina Chan. Dingin, ummi ga bias jemput. Tak tunggu di rumah. Nanti ummi beliin strawberry mocha sama tak buatin udon buat nemenin kamu nonton. Tapi ingat dek, jangan lama-lama nontonnya. Jam 8 matiin kita lanjut baca ya..Ok?

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...