Skip to main content

Salju itu....

Ada yang nanya ke saya, "gimana sih rasanya hujan salju?". Hmm, ya kl pas hujan salju dicubit ya rasanya sakit. Kalau pas hujan salju lagi kemulan ya anget hehehe. Ga ding...jawabannya nyebelin banget sih. Yah..kalau sekilas, hujan salju itu agak sama rasanya sama hujan abu. Yg tinggal di lereng gunung, Merapi misalnya, pasti tahu lah rasanya hujan abu. Ya begitulah, cuma beda dikit aja sebenernya. Beda warnanya, beda baunya, beda rasanya. Lhooo...ya beda banyak itu.

Ya, tulisan ini dibuat sebagai pengingat saya dan juga jawaban dari pertanyaan dengan nada serupa. Gimana sih rasanya hujan salju? Dinginnya kayak apa sih? Enak ga sih? hahaha lo kira tempe mendoan enak...

Sebelum Salju Turun

Dalam setiap usaha, pasti diperlukan energi bukan? Nah...sebelum hujan salju turun, biasanya alam semesta sibuk mengumpulkan energinya biar yang turun itu serpihan bukan tetesan apalagi bongkahan. Energi yang dikumpulkan ini harus pas ga boleh berlebih kl ga mau yang turun itu es dan bukan salju. Karena bentuk salju itu serpihan lembuuuuut kayak kapas, ga bikins akit dan ga bikin basah...kl sedikit. Demi mengumpulkan energi tersebut, sehari atau yah beberapa jam sebelum salju turun pasti udara itu duingiiinnya minta peluk *eh. Dinggiin...uanyees kalau kata orang Selo mah. Biasanya kalau diukur bisa minus sekian derajat celcius. Apalagi kl ditambah angina bertiup agak kencang. Waah...pipi bisa kebas. Tangan rasanya panas saking dinginnya. Perut keroncongan menahan lapar...hehe kalau pas lapar. Intinya, sebelum salju itu dingiiin banget... Dan ini jadi salah satu tolok ukur apakah salju yg mau turun itu banyak apa ga. Kalo duingiiiin ya kemungkinan yang turun banyak. Tapi kalau dingiiiiin ya bisa juga banyak hehehe

Saat Salju Turun

... aku ingin bersamamu, saat salju menuruni tangga langit
    memandang serpihan bertaburan,
    aku ingin ada tanganmu di genggamanku, saat salju menapaki bumi
    bersama merengkuh lembut sejuknya.....

Ahai...sajak macam apa itu. Intinya....saat melihat salju turun itu, cuma bisa bilang Subhanalloh!! Wow!! Cantik sekali!! dan udara ga begitu dingin temans...jadi main salju di bawah hujan salju itu enak banget... Makannya sampe ada yg bilang, mending hujan salju daripada hujan air. Yoih bangeeet... Secara saat kamu kehujanan salju, kamu ga akan basah. Dan saat hujan salju, serpihan salju menimpa hidung pesekmu eh pesek ku..kamu bahkan bisa tersenyum bahagia tanpa sebab. Ooww so cute... Momen ini lah yg membuat kamu ketagihan. Pingiiiin ketemu salju lagi, dan lagi dan lagi.... Indah banget!!

Saat Salju Meleleh

Nah, disaat salju meleleh, kembali terjadi pelepasan energi. Itu ya..dinginnya bisa 2x lipat sebelum salju turun. Daan bisa terjadi berhari-hari apalagi kalau matahari enggan memanasi mempercepat salju meleleh.
Udah gitu, salju yang mengeras itu jahat kawan. Kamu harus berkonsentrasi penuh kalau naik sepeda dan ga mau kepleset. Yang punya mobil juga kudu pasang ban khusus buat salju. Kamu jalan juga rasanya lagi main seluncuran. Asyik dong?? hmm...masalahnya kl main ski jatuh ga basah, kl ini jatuh nya basah secara saljunya mencair.


Meskipun begitu, kamu tetap akan merindui salju. Menungu kapan dia akan datang. Dan tersenyum saat mereka datang pertama kali. Kalau di drama korea itu dibilang, saat salju turun pertama kali, saat itu semua kebohongan dimaafkan *hallah...

Memegang salju untuk pertama kali, membuat kamu paham, kenapa dalam doa iftitah sholat kita ada kalimat "Ya Allah, bersihkanlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun".
Dan, menikmati salju itu sepaket sama deritanya yah... Ga mungkin bilang, seneng pas hujan salju, cuma ga suka dinginnya. Cukup saya saja yang bilang begitu.

#sebongkah kenangan di salju 24-25 Januari 2016

Comments

Popular posts from this blog

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...

Sekoteng Hati

  Aku sedang mencari tempat yang tepat untuk menikmati segelas sekoteng ini. Tempat yang sejuk, silir, dan sunyi. Tempat yang aman dari pandangan aneh orang saat melihatku melamun sambil nyruput sekoteng ini. Tentu saja juga tempat yang aman dari wira wiri jin keganjenan yang mungkin saja ingin merasukiku karena aku kebanyakan melamun. Aku sedang mencari tempat seperti itu. Aku juga sedang mencari teman, yang di pelukannya aku bisa menangis sepuasku. Jikapun dia merasa malu, maka menangis di pundaknya pun bagiku sudah cukup. Atau, biarkan aku menangis dan dia cukup memandangiku sambil sesekali ngecek updatean statusnya. Aku tak peduli. Karena aku cuma tak ingin menangis sendirian. Aku ingin ada yang tahu aku sedang pilu. Aku sedang mencari teman seperti itu. Atau mungkin, Akhirnya aku harus menjatuhkan pilihanku pada sekoteng ini. Biar cuma dia saja yang tahu aku sedang ingin memangis. Mungkin air mataku bisa menambah cita rasanya yang kemanisan. Atau...