Skip to main content

Belajar menerima keadaan, berdamai dengan kepedihan

Ada yang bertanya, "Kamu kok sekarang kelihatan enjoy banget sih. Ga pernah kelihatan galau lagi"
Hahaha dusta itu dustaaaa... Siapa bilang ga galau. Yah kalau galau apa tidak diukur dari status fb mah, Fb itu cuma sarana buat pencitraan. Masa sih mau update duka lara, yg ada malah orang-orang yg ga suka sama gw ngelonjak-lonjak kegirangan to?! Mending share yg happy-happy biar mereka makin iri dan dengki hahaha *mukaiblis

Well...sejauh ini akhirnya aku bias memutuskan untuk menerima dan menikmati merah birunya, hitam putihnya, hujan panasnya, senyum dukanya episode kali ini.
Ya habis mau dijalani dengan tersenyum atau menangis, ga akan berubah je..sama aja. Jadi ya sudah, mending dijalani dengan bahagia, suka cita, gembira senantiasa, selamanya.

Hidup ini cuma sekali to? kayak lagunya Bon Jovi "its my life, its now or never, I ain't gonna live forever.." dan bukankah tujuan nkita untuk bahagia dunia akhirat? Lha kenapa perjalanan indah ini harus dibikin ga bahagia. Dihabiskan untuk mengutuki pihak-pihak yang kita rasa pantas untuk dipersalahkan. Mbok ya sudah, diterima saja. Dijalani.

Yah, kira-kira begitu. Kalau terindikasi ada kegalauan muncul, sensitive, mudah marah, itu pasti krn aku lagi PMS. Ya kayak sekarang ini...hahaha

Comments

Popular posts from this blog

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...

Autumn di London yang Dingin dan Gloomy

Sudah di penghujung Desember.  Tahun ini rasanya waktu berjalan cepat sekali. Mungkin karena banyak hal yang harus dikerjakan. Banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan. Dan banyak-banyak lain ber keling-keling di seputarku setiap hari. Tapi aku sangat menikmati itu semua. Aku menikmati rapat-rapat panjang. Zoom-zoom sampai malam selama berbulan-bulan setiap malam. Meskipun endingnya agak bikin broken heart 😂 Tapi sejujurnya di sinilah ketulusan ku diuji. Dan aku ga lolos. Kayaknya sih ga lolos ya. Atau lolos dengan nilai tidak excellent. Tapi aku belajar banyak dari itu semua.  Nah, hebatnya, meskipun nilaiku tidak excellent, tapi Allah tetap kasih aku hadiah akhir tahun yang luar biasa. Bisa terbang selama hampir 19 jam itu kl bukan karena kekuatan yang diberikan oleh Allah kayaknya ga mungkin. Dan selama itu aku banyak tidurnya 😂 Lalu bisa jalan yang jauuuh beneran jauuuh menikmati setiap sudut kota London dan Birmingham itu apalagi kalau bukan hadiah istimewa,  A...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...