Skip to main content

Belajar menerima keadaan, berdamai dengan kepedihan

Ada yang bertanya, "Kamu kok sekarang kelihatan enjoy banget sih. Ga pernah kelihatan galau lagi"
Hahaha dusta itu dustaaaa... Siapa bilang ga galau. Yah kalau galau apa tidak diukur dari status fb mah, Fb itu cuma sarana buat pencitraan. Masa sih mau update duka lara, yg ada malah orang-orang yg ga suka sama gw ngelonjak-lonjak kegirangan to?! Mending share yg happy-happy biar mereka makin iri dan dengki hahaha *mukaiblis

Well...sejauh ini akhirnya aku bias memutuskan untuk menerima dan menikmati merah birunya, hitam putihnya, hujan panasnya, senyum dukanya episode kali ini.
Ya habis mau dijalani dengan tersenyum atau menangis, ga akan berubah je..sama aja. Jadi ya sudah, mending dijalani dengan bahagia, suka cita, gembira senantiasa, selamanya.

Hidup ini cuma sekali to? kayak lagunya Bon Jovi "its my life, its now or never, I ain't gonna live forever.." dan bukankah tujuan nkita untuk bahagia dunia akhirat? Lha kenapa perjalanan indah ini harus dibikin ga bahagia. Dihabiskan untuk mengutuki pihak-pihak yang kita rasa pantas untuk dipersalahkan. Mbok ya sudah, diterima saja. Dijalani.

Yah, kira-kira begitu. Kalau terindikasi ada kegalauan muncul, sensitive, mudah marah, itu pasti krn aku lagi PMS. Ya kayak sekarang ini...hahaha

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...