Mungkin tak akan banyak tulisan yang bertema [sahabat], secara memang saya ga punya banyak sahabat. Temen sih banyaaak, tapi sahabat, apalagi sahabat perempuan, ah bisa lah dihitung pake jari, masih sisa banyak. Dan, salah satu sahabat baik saya, at least menurut saya yah, adalah dia, Luki.
Nama lengkapnya Dian Lukitasari. Kami kenal karena memang sama-sama satu kelas waktu S1. Awalnya sih ga begitu deket. Dia itu...seperti anggrek yang nempel di pohon tinggi, ga tersentuh, indah, sekaligus sensitife. Wew...horti banget deskripsinya. Tapi ya begitulah dia. Awal kenalan terlihat robust, tegar seperti karang. Lalu tiba-tiba berubah menjadi tak mudah dikenali, abstrak.
Saya masih ingat, kata-kata yang (mungkin) menjadi alas an kami akhirnya bisa deket. Dia menuliskan kalimat ini di buku perkenalan anggota Horti '37. Kira-kira redaksinya begini :
"Murung aja sih say? kayaknya masalah kita sama"
Hmm...ga tahu ya emang sama beneran apa cuma dirasa sama. Belum pernah coba crosscheck ke dianya. Tapi, kalau masalahnya krn kangen, homesick, pisah sama ibu bapak, ya berarti sama.
Waktu berlalu. Dia semakin khusyuk dengan kuliah dan aktivitasnya mengaji. Liqo' liqo' an waktu itu lagi menjamur. Anak mana sih yang ga bahagia ketemu temen yang mau menerima kita dengan senyuman dan tangan terbuka. Mau nangis bersama gitu untuk alasan pribadi tapi dikamuflase demia alasan akhirat. Yup, saya pernah juga begitu kok, so I knew it so well.
Luki itu...Pinter. IPK nya yah, 11 12 sama punya Shinto, si bunga mawarnya Horti '37. Cuma bedanya Luki itu sederhana, dan kelihatan ndeso (dalam arti sebenarnya), sedang Shinto terlihat lebih "wah" dan "wow". Hihihi saya masih ingat kata-kata temen yang bilang "Apa sih kekurangan Shinto itu? Aku kok belum nemuin". What the...sibuk amat dia nyari kekurangan orang yah. Dan at the end dia tergopoh-gopoh ke kamar saya, karena kami memang tinggal se kost, cuma buat bilang "Aino, aku tahu kekurangan Shinto, giginya. Giginya itu lho agak maju". Mau ga ngakak gimana coba...dan anak itu tetep aja nyebelin bahkan sampe sekarang. Dasar si Nyeh.
Luki...adalah satu dari beberapa orang yang akan ada dalam mimpi saya jika sesuatu menimpanya. Dan itu sudah terbukti beberapa kali. Pernah dia dating dalam mimpi sambil nangis-nangis. Paginya pas ditelp dia bilang "Kok kamu tahu aku lagi ada masalah".
Lalu di lain hari dia dating lagi dalam mimpi, dengan ekspresi serupa. Dan setelah dikonfirmasi, benar adanya.
Kedekatan emosional ini yang kadang membuat saya was was kalau memimpikan dia. Kami bukannya ga sering marahan ya. Bahkan ada saksi hidupnya yg kalau saya dan Luki berantem, pasti itu anak yg nyalahin saya. Apapun alasannya pokoknya saya yang salah. Dasar Indra, cinta banget dia sama Luki.
Lalu dia akan memaksa saya meminta maaf duluan. Atau kirim surat mengaku salah. Apa coba?? Nyebelin banget kan? Tapi kok ya pasti itu saya ikuti. Ending dari pertikaian kami selalu seperti drama. Penuh airmata, pelukan dan tertawa bersama. Huft...dan memang selalu benar, kl yang jadi penyebab kami begitu itu pasti saya. Entah saya yang sensi atau terlalu strik.
Tapi, dari banyak hal itu, ada satu masa ketika akhirnya Luki yang kirim surat duluan. Padahal ya, kami itu tinggal satu kost, kuliah satu kelas, satu pembimbing skripsi, kalau duduk di kelas pasti sebelahan, kemana-mana pasti berdua, kalau dia sakit ya saya yang begadang pun juga sebaliknya.
Di surat itu, selain minta maaf dan menjelaskan duduk persoalannya, ada satu kalimat yang membuat saya tercengang.
"En, aku saying kamu sama besar seperti aku menyayangi Ibu ku"
Meleleh waktu itu membacanya. Maka sejak saat itu saya mengikrarkan diri untuk menjadi sahabatnya sampai kami mati nanti. Karena saya pun juga menyayanginya,
Sudah sekian bulan Luki sedang dalam masa "salah faham" dengan saya. Dia ga mau ngangkat telfon. Padahal saya telfon dari sini lho ya...dasar Luki ga tahu apa ini mahal. Dia juga ga mau baca LINE saya. Ga mau balas sms saya. Pokoknya dia kembali lagi jadi patung. Tapi, anehnya, dia mau nerima kiriman hydrogel dari saya!! Tuh anak emang minta dicium....
Dan kemarin, saya mimpi bertemu dia. Dia terlihat gagah, bersinar, dan penuh percaya diri saat mengendarai motornya. Dia, tak terlihat sama sekali gurat kesedihan di wajahnya. Dia terlihat cantik, dan kembali robust.
Luki....semua pasti sudah membaik kan? Aku, juga Indra, selalu berharap yang terbaik buat kamu kok. Meskipun itu semua kamu salah fahami, tapi kami melakukannya buat kamu. Aku yakin kamu tahu itu. Mungkin kamu cuma sedang ingin sendiri. Soalnya kalau ada kami, harusnya kamu bisa meresapi kesedihan itu, malah jadi tertawa ngakak dengerin kami ngebanyol.
Luki...aku sayang kamu. Itu cukup kan buat mu? Atau, perlu lagi aku kirimin Hydrogel hijau kesukaanmu lagi?
Nama lengkapnya Dian Lukitasari. Kami kenal karena memang sama-sama satu kelas waktu S1. Awalnya sih ga begitu deket. Dia itu...seperti anggrek yang nempel di pohon tinggi, ga tersentuh, indah, sekaligus sensitife. Wew...horti banget deskripsinya. Tapi ya begitulah dia. Awal kenalan terlihat robust, tegar seperti karang. Lalu tiba-tiba berubah menjadi tak mudah dikenali, abstrak.
Saya masih ingat, kata-kata yang (mungkin) menjadi alas an kami akhirnya bisa deket. Dia menuliskan kalimat ini di buku perkenalan anggota Horti '37. Kira-kira redaksinya begini :
"Murung aja sih say? kayaknya masalah kita sama"
Hmm...ga tahu ya emang sama beneran apa cuma dirasa sama. Belum pernah coba crosscheck ke dianya. Tapi, kalau masalahnya krn kangen, homesick, pisah sama ibu bapak, ya berarti sama.
Waktu berlalu. Dia semakin khusyuk dengan kuliah dan aktivitasnya mengaji. Liqo' liqo' an waktu itu lagi menjamur. Anak mana sih yang ga bahagia ketemu temen yang mau menerima kita dengan senyuman dan tangan terbuka. Mau nangis bersama gitu untuk alasan pribadi tapi dikamuflase demia alasan akhirat. Yup, saya pernah juga begitu kok, so I knew it so well.
Luki itu...Pinter. IPK nya yah, 11 12 sama punya Shinto, si bunga mawarnya Horti '37. Cuma bedanya Luki itu sederhana, dan kelihatan ndeso (dalam arti sebenarnya), sedang Shinto terlihat lebih "wah" dan "wow". Hihihi saya masih ingat kata-kata temen yang bilang "Apa sih kekurangan Shinto itu? Aku kok belum nemuin". What the...sibuk amat dia nyari kekurangan orang yah. Dan at the end dia tergopoh-gopoh ke kamar saya, karena kami memang tinggal se kost, cuma buat bilang "Aino, aku tahu kekurangan Shinto, giginya. Giginya itu lho agak maju". Mau ga ngakak gimana coba...dan anak itu tetep aja nyebelin bahkan sampe sekarang. Dasar si Nyeh.
Luki...adalah satu dari beberapa orang yang akan ada dalam mimpi saya jika sesuatu menimpanya. Dan itu sudah terbukti beberapa kali. Pernah dia dating dalam mimpi sambil nangis-nangis. Paginya pas ditelp dia bilang "Kok kamu tahu aku lagi ada masalah".
Lalu di lain hari dia dating lagi dalam mimpi, dengan ekspresi serupa. Dan setelah dikonfirmasi, benar adanya.
Kedekatan emosional ini yang kadang membuat saya was was kalau memimpikan dia. Kami bukannya ga sering marahan ya. Bahkan ada saksi hidupnya yg kalau saya dan Luki berantem, pasti itu anak yg nyalahin saya. Apapun alasannya pokoknya saya yang salah. Dasar Indra, cinta banget dia sama Luki.
Lalu dia akan memaksa saya meminta maaf duluan. Atau kirim surat mengaku salah. Apa coba?? Nyebelin banget kan? Tapi kok ya pasti itu saya ikuti. Ending dari pertikaian kami selalu seperti drama. Penuh airmata, pelukan dan tertawa bersama. Huft...dan memang selalu benar, kl yang jadi penyebab kami begitu itu pasti saya. Entah saya yang sensi atau terlalu strik.
Tapi, dari banyak hal itu, ada satu masa ketika akhirnya Luki yang kirim surat duluan. Padahal ya, kami itu tinggal satu kost, kuliah satu kelas, satu pembimbing skripsi, kalau duduk di kelas pasti sebelahan, kemana-mana pasti berdua, kalau dia sakit ya saya yang begadang pun juga sebaliknya.
Di surat itu, selain minta maaf dan menjelaskan duduk persoalannya, ada satu kalimat yang membuat saya tercengang.
"En, aku saying kamu sama besar seperti aku menyayangi Ibu ku"
Meleleh waktu itu membacanya. Maka sejak saat itu saya mengikrarkan diri untuk menjadi sahabatnya sampai kami mati nanti. Karena saya pun juga menyayanginya,
Sudah sekian bulan Luki sedang dalam masa "salah faham" dengan saya. Dia ga mau ngangkat telfon. Padahal saya telfon dari sini lho ya...dasar Luki ga tahu apa ini mahal. Dia juga ga mau baca LINE saya. Ga mau balas sms saya. Pokoknya dia kembali lagi jadi patung. Tapi, anehnya, dia mau nerima kiriman hydrogel dari saya!! Tuh anak emang minta dicium....
Dan kemarin, saya mimpi bertemu dia. Dia terlihat gagah, bersinar, dan penuh percaya diri saat mengendarai motornya. Dia, tak terlihat sama sekali gurat kesedihan di wajahnya. Dia terlihat cantik, dan kembali robust.
Luki....semua pasti sudah membaik kan? Aku, juga Indra, selalu berharap yang terbaik buat kamu kok. Meskipun itu semua kamu salah fahami, tapi kami melakukannya buat kamu. Aku yakin kamu tahu itu. Mungkin kamu cuma sedang ingin sendiri. Soalnya kalau ada kami, harusnya kamu bisa meresapi kesedihan itu, malah jadi tertawa ngakak dengerin kami ngebanyol.
Luki...aku sayang kamu. Itu cukup kan buat mu? Atau, perlu lagi aku kirimin Hydrogel hijau kesukaanmu lagi?
Comments
Post a Comment