Skip to main content

にゅうえん おめでとう... Selamat Sekolah

Sebenarnya tadi ada niat mau nulis yang sedih-sedih. Secara di rumah sedang ada yang mellow garallau. Bukan saya, bukan...tapi Nasywa. Itu anak tumbeeen banget. Ditinggal Abahnya pulang kok mellow. Ga doyan makan. Badan anget. Lihat foto abahnya, mewek. Lihat videonya, mewek. Videonya habis, mewek lagi. Main kartu sama Ummi, tiba-tiba kartunya ditutup, terus mewek sambil bilang "Ga asyik lagi main kartunya, ga ada Abah..".

Duh Dek,, mewek itu harusnya jatahnya ummi, kok malah kamu yang mewek...

Secara memang selama ini kalau Abahnya habis berkunjung, Ummi yang mellow sampe seminggu. Bisa lebih malah. Tiba-tiba nangis. Lalu Nasywa akan bertanya "Kenapa nangis? kangen Abah?!" dengan nada mengejek. Huuu!! Jebulnya sekarang, aku belum sempet mau begitu malah dibuat sibuk sama mewekmu, Dek...

Sudahlah Dek, karena tak semua kesedihan itu harus diiringi tangisan. Mari kita tertawakan saja, barangkali rasanya akan lain... *ambil tisyu T_T

Jadi mari, kita bicara-bicara, cerita-cerita, yang hepi hepi aja... Dan kali ini tentang pembukaan tahun ajaran baru di Jepang.

Kok Jepang terus sih Mbak?
Besok lah kalau saya sudah hidup di Timbuktu, aku  nulis tentang Timbuktu.

Tadi pagi, mendung, tapi anget. Kami berdua berboncengan sepeda menyusuri jalan yang selama sepekan lalu biasa kami lalui berdua. Eh Mbak...katanya hepi hepi, kok mellow lagi?
Oh maaf, masih terbawa suasana. Apalagi ini soundtrack-nya lagunya Melly, KCB.

Kami sampai di gerbang Hirakawa Hoikusho jam 9:30. Ada yang tak biasa pagi ini, pikir saya. Ada 3 sensei berdiri di dekat pintu gerbang, tersenyum. Mereka menyambut setiap anak dan orang tua yang datang dengan kalimat "Ohayou gozaimasu...Omedetou Gozaimasu..."

Mereka yang datang pun berbaju lebih rapi. Bapaknya pakai jas, ibunya pakai blazer. Bayi-bayinya pakai baju resmi.

Eh, ini tanggal berapa?



Dan saya pun ngeh, saat melihat papan photo boot di depan pintu masuk sekolah. Iyes, hari ini adalah hari penerimaan siswa baru di Hirakawa Hoikusho. Itu para siswa baru dengan umur beragam dari bayi masih digendong sampai yang sudah bisa jalan timik-timik, nanti akan diterima secara resmi sebagai siswa sekolah kece itu.

Dari pojokan lain sekolah pun terlihat para sensei sibuk mempersiapkan para 'senior' yang akan menyambut mereka dengan bunga-bunga, pertunjukan menyanyi, dance, dan bermain peran. Semua terlihat bergembira, bersemangat. Yah, hari ini kelak akan menjadi kenangan tersendiri bagi mereka yang terdaftar sebagai siswa baru itu. Bahwa sejak hari ini, mereka diterima dengan gembira, dan akan bersekolah dengan gembira. Benar, sekolah yang gembira, sehat, dan menyenangkan.

Saya memang tak pernah punya pengalaman mengikuti upaca penerimaan siswa baru di tingkat TK. Nasywa yang sudah merasakan sekolah di TK swasta maupun Negeri di sini, selalu masuk di tengah-tengah tahun ajaran. Jadi kami tidak tahu apa yang akan disampaikan saat sambutan kepala sekolah nanti.

Tapi, setahun lalu saat saya mendampingi Nasywa di upaca penerimaan siswa baru di SD, saya dibuat kaget dengan inti upacara ini. Judulnya UPACARA PENERIMAAN SISWA BARU ya, maka yang ada adalah benar-benar upacara penyambutan mereka yang akan menjadi siswa di situ. Dari mulai kakak kelas yang sudah berjejer di lorong menuju gymnasium dengan melengkungkan bunga-bunga dari plastic, lalu para siswa baru akan berjalan di bawahnya, diiringi lagu "Ichi nensei ni nattara...ichi nensei ni nattara..." yang temponya mars itu.

Lalu, saat kepala sekolah memberikan sambutan, itu bener-bener menyambut siswanya. Yah ada dua kalimat pembuka say thank you atas kedatangan para orang tua. Tapi selanjutnya sampai penutupan, bahasa yang dipakai, kalimat yang dituturkan, semua adalah kalimat-kalimat penyambutan dan harapan seorang guru kepada siswanya.

Kalau saya ringkas dalam bahasa Indonesia, mungkin seperti ini (Haha gayanya meringkas, padahal ya cuma ini yg saya paham)

"Anak-anak ku, mulai sekarang kalian sudah kelas satu SD. Jangan lupa, setiap pagi saat kalian masuk ke sekolah, ucapkan salam. 'Selamat pagi' kepada semua yang kalian temui. Baik itu bapak/ibu guru atau teman-teman. Lalu, kalau kalian menemui kesulitan, jangan malu, jangan takut untuk meminta bantuan, dan jangan lupa ucapkan 'Yoroshiku onegaishimasu' (Saya ga tahu gimana membahasakan dalam bahasa Indonesia kalimat ini). Lalu, kepada yang sudah memberikan pertolongan, jangan lupa ucapkan 'Terimakasih'. Pun jika kalian melakukan kesalahan, jangan malu mengakuinya dan meminta maaf 'Gomenasai'. Bersenang-senanglah di sekolah. Carilah teman sebanyak-banyaknya. Makan yang banyak, makanan dari dapur kita semuanya enak-enak. Jaga kesehatan selalu. Mari kita bekerjasama agar kalian bias bersekolah dengan baik dan menjadi siswa yang baik"

Lalu, kepala sekolah yang baik itu sambil membungkuk berkata "Yoroshiku onegaishimasu!"
Yang kemudian dijawab oleh semua siswa dan orang tua yang hadir "Yoroshiku onegaishimasu"

Maka tidaklah aneh jika dalam raport Nasywa, ada poin-poin tentang kemampuan dia menyapa, meminta tolong, mengucapkan terimakasih dan meminta maaf. Karena sampai kelas 3 nanti, yang menjadi tujuan pembelajaran di SD adalah pendidikan karakter. Bukan nilai. Bukan rengking.

Dan selama setahun ini, saya pun belajar bersama Nasywa untuk ringan mengatakan kalimat luar biasa itu. Onegai, arigatou dan gomenasai. Meski kadang sebagai Ibu, saya suka berat untuk bilang 'maaf'. Apalagi untuk hal-hal remeh temeh. Tapi bagi Nasywa, yang bagi saya remeh itu besar artinya. Maka, jika saya berat berkata 'gomen', dia akan menghukum saya dengan menambahi versi bahasa Indonesianya, 'maaf'. "Gomen ne"...kata saya. Lalu dia bilang "Terus?" dan saya akan menambahi "Maaf ya..."

Dan saya rasa, Nasywa dan teman-temannya yang lain akan menempatkan memori hari itu di sisi paling dalam memory mereka. Kata-kata sensei itu ibarat hint hint untuk mereka menjalani hari-hari menyenangkan selama sekolah sampai 6 tahun ke depan. Bahwa mereka harus bersekolah dengan bahagia. Jangan lupa menyapa. Jangan takut meminta tolong. Jangan lupakan berterimakasih. Dan juga jangan malu meminta maaf. Karena semua itu, penting, penting, untuk dibiasakan, dan dipakai sampai kapanpun, dimanapun nanti mereka berada.

Jadi, kapankah upacara penyambutan SISWA baru di sekolah-sekolah kita itu akan benar-benar seperti judulnya, bukan malah jadi upacara penyambutan ORANG TUA siswa baru?

Siapa yang sekolah? Siapa yang kau sambut, Bapak Ibu Guru?

Yamaguchi, April 4th 2016



Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...