Skip to main content

Menulis tanpa jiwa

Banyaaaaak banget yang mau ditulis. Banyaaak banget ide di kepala. Foto-foto penunjang pun sudah dikumpulin. Tapi eh tapi....kenapa mood menulis itu ga ada. Setiap mulai satu dua kalimat langsung merasa ga cocok, lalu di delete semua. Ganti kalimat baru pun sama, kurang pas rasanya.

Sudah melakukan ilmu 'tuing' alias 2 NG, yaitu NGopi dan NGolet, tapi tetep aja belum ada greget buat nulis. Sedangkan untuk 2NG+1 yaitu ditambah NGobrol, kok ya topiknya bukan yang butuh dibroloin gitu.

Seminggu ini memang lelah jiwa raga. Bahkan sudah 2 pekan ini lah.

Pekan lalu sibuk dengan persiapan presentasi seminar. Selesei seminar sudah dihadang kerjaan revisi makalah. Bahkan sabtu minggu pun tetap dihantui mimpi buruk editing.

Senin berasa sudah final, eh ternyata submit paper ke journal satu itu ribetnya minta ampuun. Buat apaaa mereka punya internal reviewer kalau ternyata makalah kita sebelumnya sudah harus dipeer-review kan sama yang ahlinya. Bikin lelah jiwa raga.

So far yang bisa sedikit menghibur itu ya karena punya adek-adek kelas yang baik-baik dan siap membantu plus harus siap dibantu. Lihat mereka begitu membutuhkan aku sebagai seniornya itu....rasanya ternyata menyenangkan. Meski capek bolak-balik, lelah berpikir gimana nerangin pakai bahasa Jepang mix English yang mereka bisa mudah memahami. Dan itu bagian tersulitnya.

Ditambah lagi PMS ya Jeng....ya ampuun bawaannya pingin njorogin orang. Pokoknya kalau menahan amarah itu berpahala, pahala gw 3 hari in udah lumayan.

Kemarin pas antri tes kesehatan rutin, di depan gw anak S1 yang leletnya naudzubillah. Udah lelet ya, si dia sibuk aja main game di hp. Ya Allah itu tangan kalau ga gw pegang erat-erat udah pingin njorogin dia aja biar maju, capek ngantri malah di depannya lelet amit-amit.

Trus ada lagi, pas di jalan sempit, eh ada mahasiswa naik sepeda sambil mainan hp. Pingin banget gw tabrakin sekalian biar tahu rasa dia. Tapi kan nanti aku juga sakiiit....

Huft...

Yuk..singsingkan lengan baju. Kita ngeLab lagi....
Nulisnya kapan-kapan lagi aja kl sudah enakan hatinya.


Yamaguchi, 22 April 2016

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya ๐Ÿ‘‰     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? ๐Ÿ˜… 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah ๐Ÿ˜‚) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...