Skip to main content

Mengenal Antioksidan Alami

Beberapa hari ini sedang terjadi obrolan serius di group WA gank saya dulu waktu SMA. Obrolan itu tentang menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan, olahraga rutin, plus mengkonsumsi ramuan-ramuan alami dari jahe, jeruk nipis, bawang lanang, madu, dan lain sebagainya, yang resepnya banyak bertebaran di media sosial dan google yang masing-masing mengklaim paling mampu mengurai lemak, menghancurkan kolesterol jahat, membersihkan darah, dan lain sebagainya.

Sependek pengetahuan saya tentang ilmu kesehatan, secara memang saya ini apalah, cuma cita-citanya aja yang jadi dokter, tapi kapasitas otak jauh dari mampu, dan akhirnya berkecimpung di dunia tanaman, semua masalah kesehatan berawal dari buruknya pola hidup, baik itu pola makan, sitirahat kurang, olah raga jarang, terpapar polusi pula, lengkaplah sudah penderitaan tubuh kita.

Dalam kondisi yang ekstrim tersebut, tubuh akan memproduksi reactive oxygen spesies (ROS) yang merupakan radikal bebas di dalam tubuh. ROS ini dapat merusak sel, protein bahkan DNA. Jika DNA nya yang rusak maka bias terjadi masalah kesehatan yang serius, seperti kanker misalnya atau pernikahan eh penuaan dini. ROS bisa muncul baik secara fisiologis normal atau karena adanya inveksi. Jadi sebenarnya ROS itu ada di dalam tubuh, tetapi  levelnya bisa meningkat dan membahayakan apabila tubuh tidak dapat membentuk benteng yang bisa melindungi dari jahatnya ROS. Lalu, apakah yang bisa menyeimbangkan level ROS di dalam tubuh sehingga tidak membahayakan? Jawabannya adalah antioksidan.

Tubuh kita membutuhkan antiksidan untuk bisa bertahan dari dampak buruk ROS. Dari mana kita bisa mendapatkannya? Tentu saja banyak sumbernya. Vit A, C dan E itu beberapa contoh antioksidan yang sudah dikenal. Mereka bisa kita peroleh dari buah-buahan, dan sayuran yang kita konsumsi sehari-hari ataupun dari suplemen tambahan.

Di dalam tubuh sayuran, buah dan tanaman secara umum, sebenarnya antioksidan itu diproduksi dan dibutuhkan oleh mereka untuk melindungi mereka dari kondisi lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, suhu tinggi, radiasi UV, serangan pathogen, dan lain sebagainya. Secara mereka kan makhluk hidup statis yang ga bisa lari berlindung dari terpaan sinar matahari, suhu ekstrim, dan sebagainya. Mereka juga bukan kita yang bisa berlindung dari radikal-radikal bebas dengan memakai masker, baju pelindung, dan lain-lain. Mereka, dengan segala keterbatasannya, diberi kemampuan memproduksi sendiri antioksidan itu juga dengan fungsi yang sama, melindungi dari bahaya ROS yang juga bisa muncul saat mereka mengalami stress, baik secara biotik (disebabkan oleh makhluk hidup, seperti hama dan penyakit) maupun abiotic (disebabkan factor lingkungan).
Untungnya, mereka memproduksi itu tidak cuma dalam kadar cukup untuk bertahan, tapi lebih, sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Beberapa antioksidan di tanaman yang sudah banyak diteliti antara lain phenolic compound, flavonoid, ascorbic acid, amino acid, dan masih banyak lagi. Beberapa tanaman ditemukan memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lain, dan dikenal sebagai sumber antioksidan. Masing-masing tentu unik. Satu jenis buah/sayuran mungkin hanya tinggi di salah satu atau dua jenis antioksidan, begitu juga buah/sayuran yang lain punya jenis antioksidan yang berbeda. Itulah kenapa kita dianjurkan untuk mengkonsumsi aneka jenis buah, sayur dengan beragam warna. Semua itu agar kita bisa mengambil manfaat dari antioksidan yang berbeda-beda dari sumber yang beraneka.

Oat dan kedelai telah banyak diteliti dan dipastikan menjadi sumber antioksidan yang tinggi diantara legume dan cerealia lain. Jeruk, banyak mengandung Vitamin C dalam bentuk ascorbic acid. Onion dan bawang merah (shallot) juga baru baru ini ditengarai menjadi salah satu sumber antioksidan yang menjanjikan karena memang kandungannya yang juga tinggi, baik flavonoidnya maupun asam amino nya. Tentu saja, komposisi dari masing-masing chemical content itu juga akan mempengaruhi rasa dan aroma produk yang bersangkutan, sehingga menjadi keunikan sendiri.

Oleh karena banyaknya sumber-sumber antioksidan yang berasal dari tumbuhan, maka banyak pula peneliti yang melakukan pembuktian. Sayangnya, pembuktian bahwa suatu produk memiliki antioksidan dengan konsentrasi tertentu tidak kemudian cukup menjadi dasar yang tepat dalam mengkonsumsinya. Cara konsumsi, handling dan processing yang dilakukan sampai kemudian produk tersebut dikonsumsi manusia juga harus diperhatikan. Lebih penting lagi adalah keamanan dari pengkonsumian produk tertentu apalagi secara berlebihan dan berkepanjangan. Itulah mengapa, obat-obat herbal yang masih dengan embel-embel "katanya" baik, ampuh dan sejenisnya tidak cukup aman untuk dikonsumsi secara berlebihan dan dalam waktu yang lama. Karena bagaimanapun tubuh kita punya kemampuan terbatas.

Yang dibutuhkan sebenarnya adalah penelitian bersama antara peneliti, pemerintah dan industry obat agar sampai pada kesimpulan seberapa aman sebuah produk antioksidan alami bisa dikonsumsi tubuh.

Comments

Popular posts from this blog

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...

Sekoteng Hati

  Aku sedang mencari tempat yang tepat untuk menikmati segelas sekoteng ini. Tempat yang sejuk, silir, dan sunyi. Tempat yang aman dari pandangan aneh orang saat melihatku melamun sambil nyruput sekoteng ini. Tentu saja juga tempat yang aman dari wira wiri jin keganjenan yang mungkin saja ingin merasukiku karena aku kebanyakan melamun. Aku sedang mencari tempat seperti itu. Aku juga sedang mencari teman, yang di pelukannya aku bisa menangis sepuasku. Jikapun dia merasa malu, maka menangis di pundaknya pun bagiku sudah cukup. Atau, biarkan aku menangis dan dia cukup memandangiku sambil sesekali ngecek updatean statusnya. Aku tak peduli. Karena aku cuma tak ingin menangis sendirian. Aku ingin ada yang tahu aku sedang pilu. Aku sedang mencari teman seperti itu. Atau mungkin, Akhirnya aku harus menjatuhkan pilihanku pada sekoteng ini. Biar cuma dia saja yang tahu aku sedang ingin memangis. Mungkin air mataku bisa menambah cita rasanya yang kemanisan. Atau...