Sabtu kemarin, kebetulan hari cerah, suhu lumayan hangat, cuma anginnya kencang banget, adalah final class co supervisor saya waktu S2, Yamauchi Sensei namanya, lengkapnya Naoki Yamauchi. Beliau expert di bidang fisiologi pasca panen, terutama yang berkaitan dengan antioxidant nya. Beliau memang sudah berumur, mungkin sekitar 70 tahun, tapi masin dandy, segar, sehat, rapi dan aktif. Sebagai seorang professor dengan penelitian, paper international, presentasi seminar yang so pasti buanyaaak, terlihat dari RG scorenya, beliau nampak biasa saja. Ga ada yang kemudian dilebih-lebihkan atau minta dilebih-lebihkan. Tetap sederhana, ramah, sangat kooperatif dengan mahasiswa bimbingan, enak diajak bicara, dan kelebihan-kelebihan lain yang juga dimiliki oleh para professor lain.
Di acara kemarin itu, selain final class untuk beliu, juga ada pertemuan alumni lulusan Lab kami. Yang bener-bener sudah sepuh juga datang. Mantan sensei juga datang. Semua dilakukan demi menghargai yang akan pensiun. Karena pensiun itu berarti menyeleseikan satu amanah, maka sudah selayaknya untuk diberi penghargaan. Hadir pula dekan, dan presiden Yamaguchi University yang juga biasaaa banget itu. Presiden yang kalau dia lewat ga kemudian terus pada tiba-tiba ramah, sok kenal, dan penuh hormat. Presiden yang saat makan siang biasa makan di kantin, ikut ngantri biasa, kadang makan sendiri tanpa teman, kadang ada sensei lain yang nawarin duduk semeja dengannya. Itupun beliau selalu bertanya dulu "Beneran nih ga ganggu?". Pernah sekali nguping pembicaraan mereka, yang dibicarakan ya biasa banget, tentang cuaca, lalu berita di TV, sama sekali ga ada pujian yang biasa dihamburkan oleh para penjilat.
Saya malah baru tahu kalau ternyata, Kajur, Dekan, itu jabatan yang bergilir. Siapapun kamu, kalau sudah sampe masanya, akan dapat tugas jadi Kajur dan Dekan. Dan itu musibah menurut mereka. Lha gimana nggak? Punya jabatan structural berarti harus berkutat dengan urusan administrative, mengurangi jam untuk terbang ke sana kemari cari proyek untuk penelitian. Jadi, jabatan itu menjadi sesuatu yang biasa aja, malah ya itu, nambahin tanggungjawab.
Kembali ke Pensiun.
Di episode 2 sebelum terakhir Reply 1988 yang baru aja kelar tayang Januari 2016 kemarin, ada kisah tentang pensiun juga. Ceritanya bapak si tokoh utama yang pegawai Bank akhirnya memutuskan untuk pensiun dini karena ada pengurangan jumlah pegawai di Bank tempat dia bekerja. Beliau memutuskan itu dengan berat hati. Sebenarnya masih ingin bekerja. Karir dia juga masih bagus dan masih bias diterima. Tapi, mengingat banyak yang muda-muda dengan tanggungan yang pastinya masih banyak dan butuh pekerjaan itu, akhirnya dia mengusulkan dirinya untuk pensiun, dengan pesangon yang bias untuk membeli tanah dan rumah di daerah pinggiran. Toh waktu itu beban tanggungannya tinggal anak terkecilnya, si muka tua (lupa namanya hahaha).
Di hari dia akan dipensiun, ada semacam acara perpisahan di kantornya. Dia datang bersama seluruh anggota keluarganya. Yang membuat haru itu adalah tetangga-tetangganya yang juga sudah menunggu di luar rumahnya, mengucapkan selamat dan memberikan bunga. Saya mewek melihatnya. Lalu, di sore harinya, saat acara makan malam bersama (syukuran gitu), anak-anaknya menyiapkan sebuah plakat. Anaknya bilang "Kantor macam apa itu, sama sekali tidak menghargai kerja keras Ayah selama ini". Itu dia katakana karena di acara pelepasan pegawai kantornya sama sekali tidak menyediakan kenang-kenangan.
Yang membuat saya terharu adalah (memang semua episode drakor ini kereeen banget) kata-kata di dalam plakat itu. Anak-anak mereka mengucapkan terimakasih kepada bapaknya yang selama ini sudah bekerja keras mencari uang untuk mereka makan, sekolah, main game, dan lain-lain. Mereka juga mengakui betapa hati bapaknya itu baik dan lembut sekali, karena memang bapaknya ini suka sekali membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan tapi karena yang jual orang tua atau orang yang butuh uang pasti dibeli. Padahal kondisi keuangan mereka waktu itu sedang sulit, tapi jiwa membantunya itu luar biasa besar. Anak-anak juga mengatakan bagi mereka, Ayah mereka itu luar biasa, dan akan tetap luar biasa meskipun sudah tidak bekerja
Penghargaan yang diberikan keluarga, terutama, saat seseorang sampai pada masa Pensiun ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis sang pensiunan. Penghargaan, penerimaan, akan mengurangi dampak buruk pensiun seperti post power syndrome, lalu merasa sudah tidak dibutuhkan lagi, dan lain sebagainya. Ini yang agaknya belum atau masih terlewat dilakukan oleh keluarga-keluarga di Indonesia, yah semacam saya ini. Kemana saya ya waktu Ibuk (Ibu mertua) pensiun? Padahal beliau itu luar biasa sekali. Berpuluh-puluh tahun mengajar agama untuk anak-anak SLB di Kudus sana. Maaf ya Buk, dulu malah sibuk nanya Ibuk habis pensiun mau apa? Ga sopan banget.
Nah, Nasywa...kalau nanti Ummi pensiun, ummi ga mau cuma disuruh momong cucu lho ya hahaha. Ajakin Ummi keliling dunia ikut kamu sekolah. Ummi doakan nanti kamu dapat suami yang pengertian kayak Abah. Ga melarang kamu sekolah meskipun jauh. Ingat ya janji mu, mau mengajak Ummi ke manapun Nasywa pergi sekolah hehehe.....
Di acara kemarin itu, selain final class untuk beliu, juga ada pertemuan alumni lulusan Lab kami. Yang bener-bener sudah sepuh juga datang. Mantan sensei juga datang. Semua dilakukan demi menghargai yang akan pensiun. Karena pensiun itu berarti menyeleseikan satu amanah, maka sudah selayaknya untuk diberi penghargaan. Hadir pula dekan, dan presiden Yamaguchi University yang juga biasaaa banget itu. Presiden yang kalau dia lewat ga kemudian terus pada tiba-tiba ramah, sok kenal, dan penuh hormat. Presiden yang saat makan siang biasa makan di kantin, ikut ngantri biasa, kadang makan sendiri tanpa teman, kadang ada sensei lain yang nawarin duduk semeja dengannya. Itupun beliau selalu bertanya dulu "Beneran nih ga ganggu?". Pernah sekali nguping pembicaraan mereka, yang dibicarakan ya biasa banget, tentang cuaca, lalu berita di TV, sama sekali ga ada pujian yang biasa dihamburkan oleh para penjilat.
Saya malah baru tahu kalau ternyata, Kajur, Dekan, itu jabatan yang bergilir. Siapapun kamu, kalau sudah sampe masanya, akan dapat tugas jadi Kajur dan Dekan. Dan itu musibah menurut mereka. Lha gimana nggak? Punya jabatan structural berarti harus berkutat dengan urusan administrative, mengurangi jam untuk terbang ke sana kemari cari proyek untuk penelitian. Jadi, jabatan itu menjadi sesuatu yang biasa aja, malah ya itu, nambahin tanggungjawab.
Kembali ke Pensiun.
Di episode 2 sebelum terakhir Reply 1988 yang baru aja kelar tayang Januari 2016 kemarin, ada kisah tentang pensiun juga. Ceritanya bapak si tokoh utama yang pegawai Bank akhirnya memutuskan untuk pensiun dini karena ada pengurangan jumlah pegawai di Bank tempat dia bekerja. Beliau memutuskan itu dengan berat hati. Sebenarnya masih ingin bekerja. Karir dia juga masih bagus dan masih bias diterima. Tapi, mengingat banyak yang muda-muda dengan tanggungan yang pastinya masih banyak dan butuh pekerjaan itu, akhirnya dia mengusulkan dirinya untuk pensiun, dengan pesangon yang bias untuk membeli tanah dan rumah di daerah pinggiran. Toh waktu itu beban tanggungannya tinggal anak terkecilnya, si muka tua (lupa namanya hahaha).
Di hari dia akan dipensiun, ada semacam acara perpisahan di kantornya. Dia datang bersama seluruh anggota keluarganya. Yang membuat haru itu adalah tetangga-tetangganya yang juga sudah menunggu di luar rumahnya, mengucapkan selamat dan memberikan bunga. Saya mewek melihatnya. Lalu, di sore harinya, saat acara makan malam bersama (syukuran gitu), anak-anaknya menyiapkan sebuah plakat. Anaknya bilang "Kantor macam apa itu, sama sekali tidak menghargai kerja keras Ayah selama ini". Itu dia katakana karena di acara pelepasan pegawai kantornya sama sekali tidak menyediakan kenang-kenangan.
Yang membuat saya terharu adalah (memang semua episode drakor ini kereeen banget) kata-kata di dalam plakat itu. Anak-anak mereka mengucapkan terimakasih kepada bapaknya yang selama ini sudah bekerja keras mencari uang untuk mereka makan, sekolah, main game, dan lain-lain. Mereka juga mengakui betapa hati bapaknya itu baik dan lembut sekali, karena memang bapaknya ini suka sekali membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan tapi karena yang jual orang tua atau orang yang butuh uang pasti dibeli. Padahal kondisi keuangan mereka waktu itu sedang sulit, tapi jiwa membantunya itu luar biasa besar. Anak-anak juga mengatakan bagi mereka, Ayah mereka itu luar biasa, dan akan tetap luar biasa meskipun sudah tidak bekerja
Penghargaan yang diberikan keluarga, terutama, saat seseorang sampai pada masa Pensiun ini akan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis sang pensiunan. Penghargaan, penerimaan, akan mengurangi dampak buruk pensiun seperti post power syndrome, lalu merasa sudah tidak dibutuhkan lagi, dan lain sebagainya. Ini yang agaknya belum atau masih terlewat dilakukan oleh keluarga-keluarga di Indonesia, yah semacam saya ini. Kemana saya ya waktu Ibuk (Ibu mertua) pensiun? Padahal beliau itu luar biasa sekali. Berpuluh-puluh tahun mengajar agama untuk anak-anak SLB di Kudus sana. Maaf ya Buk, dulu malah sibuk nanya Ibuk habis pensiun mau apa? Ga sopan banget.
Nah, Nasywa...kalau nanti Ummi pensiun, ummi ga mau cuma disuruh momong cucu lho ya hahaha. Ajakin Ummi keliling dunia ikut kamu sekolah. Ummi doakan nanti kamu dapat suami yang pengertian kayak Abah. Ga melarang kamu sekolah meskipun jauh. Ingat ya janji mu, mau mengajak Ummi ke manapun Nasywa pergi sekolah hehehe.....
Comments
Post a Comment