Skip to main content

Kisah Malam Kamis Pahing


Hellow.... sudah hampir sebulan pulang ke pelukan orang-orang terkasih dengan segala cerita seru dan kejutan-kejutan yang mendebarkan tentu saja hehehe. Singkat kata, jangan dibilang ini culture shock ya yes...wong dulu juga jadi hal yang biasa aja. Cuma karena 5 tahun ga bersua dengan kejadian tak terduga ntu, trus latah disebut culture shock. Cuma bikin deg-deg an aja, plus lelah. Namun, se-lelah-lelahnya, karena di sini ada bahu yang siap dijadikan sandaran, ada wajah menggemaskan yang selalu setia mendengarkan setiap keluhan, maka yang begituan bisa jadi lucu-lucuan aja.

Dimulai dengan mendadak habislah quota internet padahal baru beli seminggu. Yah, gimana ga cepet habis kalau gaya berinternetnya masih kayak di Jepang sono. Tiap sekian menit cek fb. Kalau ada video menarik langsung click lihat. Udah gitu settingan WA semua foto dan video masuk langsung didonlot. Hmm...ya bablas mak...orang cuma segiga ini lho jatahmu.

Ok, masalah per-quotaan ini akhirnya bisa disiasati dengan settingan ketat. Yang bisa dioperasikan selama menggunakan paket data cuma WA, Line, dan beberapa aplikasi yang harus nyala selalu. WA pun disetting itu foto ga langsung didonlot. Trus fb dibikin ga bisa dibuka saat pake paket data, begitupun skype dan game-game hahaha... Jadi kalau di group pada kirim foto itu diriku syediih...kalian membuat daku penisirin. Harus nunggu esok hari gitu pas di kampus biar bisa donlotin semua foto-foto itu.... *puk puk puk

Selanjutnya, ada adegan mendadak api kompor gas mbleret saat waktu tak bisa dihentikan di pagi hari yang hectic karena harus nyiapin sarapan dan bentou Nasywa yang kudu berangkan jam 6:15 *ngetiknya sampe ngos-ngosan.
Udah gitu, pas Abah sudah tergopoh-gopoh membeli gas di warung sebelah, ternyata itu mulut gas ga bisa click sama mulut karburator gas (eh apa sih namanya itu?) yang buat ke kompor. Saat genting begini, jiwa researcher nya Abah mendadak bekerja dengan tingkat kedetailan yang tinggi. Menganalisis kenapa tidak masuk, melakukan percobaan berkali-kali, sampai dilakukanlah presentasi di depan Ummi yang sudah jedug-jedukin kaki. Sampai akhirnya, Ummi harus bersabda "Coba itu analisisnya kapan-kapan aja ya, sekarang yang saya butuhkan cuma gimana kompor nyala lagi. Jadi plisss...segera tuker balik atau beli baru". Itu ngomong sambil nguplek telor untuk bikin telur dadar. Dan Alhamdulillah, kejutan yang ini terseleseikan dengan baik pula. Nasywa berangkat, Ummi langsung ndlosor lagi.

Yang ter-gress adalah, sebuah pengumuman di group WA kelasnya Nasywa pada Rabu sore kemarin sekitar pukul 16:30, yang membuat Ummi mendadak panik. Ya elah, di sini mah ga boleh panikan sodara-sodara, kalau panik kalian bisa kalah di Jalan Raya. Itu jalanan Jogja ditinggal 5 tahun aja udah makin sempit rasanya. Hehehe...yang dijadikan kambing hitam jalannya ya, bukan pemakai jalan. Samalah kayak body, bukan body yang tambah besar, tapi itu bajunya yang mengkeret jadinya ga muat lagi deeeh.. *curcol

Baiklah, balik lagi ke kejadian malam kamis kemarin itu. Prolognya, selama 3 pekan ini Nasywa ceritanya sudah mulai sekolah. Bagaimana kami memilih sekolah itu dasarnya sederhana saja, pokoknya yang paling gampang antar jemputnya. Nah, selama 3 pekan ini pula Ummi belajar jadi Ibu-ibu wali murid beneran. Kalau di sana semua sudah tinggal beres kan ya...anak belajar sendiri, ga ada kebutuhan mendadak yang harus dicari, dan lain-lain, nah berhubung di sini baru, jadinya sering banget bolak-balik sana sini untuk nyari macem-macemnya. Kalau buku dan perlengkapan sekolah gitu sih masih Ok lah. Ummi tahu dimana harus mencari. Meskipun andalan kami, keluarga Jogja, adalah tentu Mirota Kampus saja hehehe. Nah kemarin itu mendadak dikasi tau guru kelas bahwa besok Kamis Pahing anak-anak harus pakai pakaian adat jawa!!!

"Abah...ini gimana ini, besok Nasywa harus pakai baju Jawa...!!"

Itu reaksi pertama saat baca WA. Abah yang baru saja sampai dan sedang leyeh-leyeh cuma bisa menatap pias. Mungkin dalam batinnya "Alamat ga bisa istirahat ini".

Selanjutnya, analisis cepat segera dilakukan. Jika setiap Kamis Pahing anak-anak sekolah di kota Jogja harus pakai pakaian adat Jawa, maka menyewa adalah pilihan kurang bijak. Uang sewanya itu bisa buat beli dan bisa dipakai berulang kali setiap kamis pahing bukan? Maka sambil siap-siap, segera lontarkan kalimat mohon bantuan di WA group temen-temen DOKAR '08. "Ibu-ibu...dimanakah bisa beli baju kebaya anak ya?".

Ada yang jawab Bringharjo. Waduh, eta sampai sana semua toko udah tutup nantinya. Trus ada yang ngasih saran ke Pand's di seberang Karita. Oke, kami akhirnya berangkat kesana dengan tak banyak ekspektasi sih, yang penting besok ada baju yang bisa dipakai ajalah, bagus apa ga itu urusan belakangan.

Dan ternyata....di sana, kami tak sendirian hahahaha
Banyak banget ibu-ibu dengan anak seumuran Nasywa, trus adek-adek pelajar SMP dan SMA yang juga sedang mencari entah kebaya aja atau bawahan jariknya saja. Kata Mbak pelayannya, setiap besoknya Kamis Pahing pasti rame di bagian per-kebayaan ini. Tentu saja mereka tidak seperti kami yang baru tahu dan baru beli sekali ini. Mereka adalah pembeli kebaya yang kembali lagi membeli untuk menambah koleksi. Lha masak kebayanya ya cuma satu terus ya kan gimana gitu ya, padahal aslinya ga papa juga.

Tradisi berbaju Jawa di setiap Kamis Pahing ini memang sudah dimulai sejak 3 tahun lalu, tepatnya setelah diluncurkannya Peraturan Walikota Jogja di akhir Maret 2014 tentang Gagrag Yogyakarta. Di sana disebutkan bahwa setiap kamis pahing seluruh siswa dan PNS di lingkungan kota Jogja diwajibkan memakai baju adat Jogja. Lalu kenapa Kamis Pahing? Kenapa ga Jumat Kliwon atau Selasa Pon gitu? Hmm...jadi, kota Jogja itu wetonnya Kamis Pahing sodara sebangsa dan setanah air. Saya sih Selasa Pon... Haha

Jadilah, jika kalian berwisata ke Jogja dan bertepatan dengan Kamis Pahing, jangan terlalu lebay nglihat banyak banget yang pakai baju adat. Kalau perlu ikutlah pakai ya...ikut mangayubagyo selapanan kelahiran Jogja gitu.

Dan begitulah kisah kami kemarin malam. Ikut berdesa-desakan di Pand's menjajal berbagai jenis kebaya yang lucu-lucu bersama sebagian masyarakat Jogja. Setelah puas nguplek, saya belikan Nasywa 1 stell jarit dan kebaya plus 1 kebaya tambahan, buat gonta ganti hahaha emak-emak banget kan ini. Pand's ini pinter juga ya, bikin stand khusus baju kebaya. Mereka tahu banget ada pasar besar di Jogja. Terutama ibu-ibu dan emak-emak yang rasanya punya satu 2 stell kebaya untuk dipakai setiap 35 hari sekali itu masih kurang banget. Kayak siapa????


Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...