Skip to main content

Edisi curcol; Benci tapi (bikin) rindu

Buat yang sekarang sedang sekolah, pasti tauuu banget dengan perasaan saya sekarang ini. Pingin segera kelar, tapi ga pingin segera pergi. Hallah..opo jal??
 
Buat yang sedang berencana sekolah lagi. Ini sekedar saya kasih gambaran, biar ga dikira sekolah kok gaweane gur pota poto jolan jelen, kui sekolah po pariwisata??
 
Saya selalu bilang ke adek-adek mahasiswa, baik dulu ketika di UGM maupun beberapa waktu lalu di UNY, bahwa, semua tugas, laporan kuliah, skripsi atau apapun namanya tugas akhir itu memang memuak-kan, tapi...pasti suatu saat akan dirindukan. Jadi, dinikmati saja.
 
Terdengar bijak sekali....
 
Saya bisa bilang begitu tentu karena saya sudah mengalaminya sendiri. Waktu saya S1 dulu, saya suka dibikin sebel sama tugas yang banyak, laporan yang menumpuk, ujian yang bikin keder sejak dalam pikiran, pokoknya kalau bisa di skip, pinginnya langsung lulus aja.
 
Eee tapi...pas udah lulus, dan saya sempet jadi asdos di UGM, nglihat adek-adek mahasiswa (yang sekarang sudah jadi orang-orang hebat itu) ngerjain laporan dan belajar mau UTS UAS, tiba-tiba saya kangen debar-debar tak menentu itu. Saya kangen dengan malam-malam penuh perjuangan membaca buku atau mengerjakan soal latihan. Saya rindu dengan rasa hati yang campur aduk saat menjelang ujian. Dan saya kangen dengan rasa plooooong yang bikin dunia serasa indah saat ujian selesei.
 
Karena ingat dengan segala kerinduan itulah, saya memantapkan hati untuk kuliah lagi sambil bekerja, eh apa kebalikannya ya? ah pokoknya begitu lah.
 
Apakah kemudian semua yang dirindukan jadi terasa menyenangkan? oh, tentu saja tidaaak!!! Saya tetep merasa di dalam dada saya ada batu besar yang ngganjel. Bikin makan ga enak, tidur ga nyenyak. Alhamdulillah itu terlewati sudah.
 
Sampai sebelum saya berangkat untuk (lagi-lagi) sekolah, semua yang nyebelin itu sudah saya lupa. Saya cuma inget yang seneng-senengnya aja. Semua proses itu bisa dijalani dengan sebaik-baiknya. Dapet Ijazah setelah terlebih dahulu dapet juga Ijab sah *prikitieeww
Nah, sekarang ini saya sedang pada fase dimana setiap ada bunyi email masuk, itu terdengar seperti panggilan dokter gigi waktu mau cabut gigi. Deg-deg an. Padahal kadang yang masuk ke email cuma spam, atau iklan Uniqlo dan GU plus amazon tentu saja *wkwkwkwk
 
Lalu, kalau ada telpon berdering dan saya lihat ada nama si beliau, saya langsung sesak napas. Dunia serasa mau runtuh, aku ingin lari ke hutan tapi kejauhan plus hujan di luar. Pas denger suara beliau....Jantung kayaknya berhenti gt sepersekian detik. Hilang apalan bahasa Inggrisnya. Mau ngomong bahasa Jepang tambah ga keluar. Bener-bener harus tarik napas, hembuskan...baru bisa bilang.
 
Ya Allah....ampuni hamba yang suara Azdan bahkan efeknya tak sedemikian sehingga kalau denger suara beliau.
 
Penyakit lainnya adalah, saya selalu merasa inferior. Menurut saya, semua yang saya lakukan itu ga cukup baik untuk bisa saya laporkan ke beliau. Saya selalu ga PD kalau mau masukin revision. Saya selalu berkata bahwa apa yang saya lakukan itu masih jauh dari apa yang beliau harapkan.
 
Ya Allah... ampuni hamba lagi ya...ini sungguh keterlaluan. Kepada Mu saja hamba sering berlindung dengan keMaha Rahman dan Rahiim Mu, tapi ini..dengan manusia lho...
 
Dan kalau dulu kalian pernah patah hati. Maka, keputusan editor journal yang bilang papermu direject ga bisa diaccept itu rasanya lebih menyakitkan dari sekedar kata putus atau penolakan. Kamu akan nangis sepanjang malam. Marah-marah ga jelas tanpa alasan. Naudzubillah hi min dzaalik...
 
Tapi...kebalikannya. Kalau kabar yang kamu terima dari editornya itu berbunyi "Your article could be accepted"!! Huaaaa...itu ketemu pohon aja rasanya pingin kamu pelukin. Dunia tiba-tiba terasa indah saja. Hujan badai terdengar seperti lagu beat yang menyemangati. Panas sinar matahari terasa seperti cahaya rembulan yang lembut di malam hari. Persis kalau kamu punya pacar baru. Kenapa Mblo? kamu ga tahu rasanya??
 
Semoga...semua rasa sesak di dasar hati yang diam tak mau pergi ini, segera bisa teratasi. Meskipun yakin seribu yakin, jika sudah selesei nanti, aku pasti akan merindui lagi semuaaa rasa sesak ini. Duh,,,

Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...