Skip to main content

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang


"All my bag are packed, I am ready to go,
 I am standing here outside your door,
 I hate to wake you up to say goodbye...."


Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG.

Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan.

Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak hal yang berkaitan dengan administratif baik di kampus, kota maupun semua fasilitas yang kita pakai selama tinggal di sana. Saya akan coba membagi pengalaman saya, barang kali bisa bermanfaat untuk teman-teman lain yang nanti juga harus pulang. (Btw tulisan ini diseleseikan setelah jeda 3 tahun, jadi ini mencoba mengingat-ingat lagi dulu ngapain aja sebelum harus 'Pulang')

1. Lapor ke City Hall
    Kita harus datang ke city hall, kemudian melaporkan bahwa kita akan pulang ke negara kita untuk selamanya (huaaaa....). Hal ini penting dilakukan untuk menonaktofkan Resident Card atau KTP kita. Tapi ingat jangan dinonaktifkan sebelum kamu bener-bener pulang ya. Dalam artian, kalau pesawatmu pulang itu tanggal 3 bilang aja kamu pulang tanggal 4. Sebab, kalau kamu bilang tanggal 3, itu jam 00:01 dini hari tanggal 3 KTP mu dan segala hal menyangkut KTP akan tdk dapat diakses, padahal kamu belum bener-bener pulang kan? Masih ada proses imigrasi yang harus diseleseikan bukan? Nah jadi ingat, lebihkan sehari, dan saat kamu lapor ke imigrasi di Bandara dengan otomatis mereka akan menonaktifkan. Yang seperti ini InsyaAllah lebih aman.
   Kalau kamu punya anak, maka kamu juga harus lapor ke bagian kodomo TAT, agar tunjangan anakmu bisa segera dicairkan sesuai jumlah bulan yang belum cair, dan akan distop setelahnya. Lumayan lah bisa buat beli oleh-oleh hahaha

2. Nutup CC
    Credit card (CC) sebaiknya jangan digunakan lagi 2 bulan sebelum bulan kepulangan. Ini demi menjaga tidak ada lagi tagihan yang masuk setelah kita pulang atau sebelum kita pulang sehingga mengurangi sangu buat pulang. Kalau mau belanja-belanja online, bisa minjem CC temen lain, ntar kalian bayar aja ke temen yang punya CC itu. Dulu suka minta tolong mb Fyna buat beli-beliin sesuatu. Atau minta mb Sasa. Pokoknya 3-2 bulan sebelum pulang jangan pakai CC.
   Datanglah ke tempat kalian buat CC untuk melakukan penutupan. Waktu itu karena bikin CC lewat koperasi kampus alias coop, ya saya balik ke sana. Bilang udang mau pulang nih...dan semua pada syedih hahaha. Ya iyalah mereka bakal kehilangan mahasiswa asing yang dikit-dikit bikin repot nanya ini itu sebab ga tahu tulisan kanji. Dan yes, semua beres dengan bantuan mereka. Alhamdulillah... sekalian say goodby sama ibu-ibu cantik di Coop yang baik-baik. Ada satu pegawai sana yang juga ibunya Nasywa...dia sampai berkaca-kaca waktu aku bilang terimakasih untuk semua bantuannya ya.... hiks jadi mellow

3. Nutup akun di Bank
    Ini harus dilakukan mendekati pulang saja. Sebab akun bank ini masing banyak diperlukan di akhir-akhir hari. Kalau punya 2 akun bank di bank berbeda, bolehlah kalian tutup dulu akun yang ga pernah dipakai. Sisakan akun yang ada kaitannya dengan urusan beasiswa dan urusan tunjangan lain. Sebab tadi tunjangan anak akan ditransfer juga ke rekeneing tersebut seminggu sebelum pulang. Tapi kadang juga diminta mabil ke kantor lagi seminggu setelah lapor. Bisa diantara keduanya jadi sisakan satu akun yang paling sering dipakai.
   Saya dulu punya 3 akun bank. ada JP Post Bank, JA bank sama satu lagi lupa apa dan bahkan lupa pernah bikin rekening itu. Kayaknya dulu persiapan buat kalau kalau bisa baito, ternyata ga pernah ngrasain pengalaman baito. Dan pas ditutup, ternyata uangnya masih 3000 yen. Ya Allah senengnyaaaa. Dari bank langsung ke Daiso mampir beli oleh-oleh wkwkwkw.
Yang JA itu karena buat bayar sekolah Nasywa harus lewat JA Bank, jadi at least uang tunjangan Nasywa saya masukkan sana buat bayar sekolah. Yang bayar cuma makan aja karena sekolahnya digratisi sama Dinas Pendidikan. Kami termasuk manusia-manusia yang penuh dengan tunjangan waktu itu. hehehe

4. Lapor ke perusahaan listrik, air dan gas
    Nah ini yang tak kalah penting. Kita harus lapor ke ketiga perusahaan dan mereka akan datang sehari sebelum pulang untuk menghitung tagihan kita dan kita bayar saja kontan sama petugasnya. Kita bikin janji sama mereka, mereka datang, cek meteran, lalu cetak tagihan dan kita bayar. Bisa juga kalau mau bayar lewat konbini atau titipkan temen. Kalau ga salah dulu kami bayar langsung. Rasanya syediiih pas mereka datang dan harus bilang otsukaresamadeshita.... Beneran ternyata kami sudah harus angkat kaki dari rumah itu...dari tanah itu....

5. Lapor ke sekolah
    Lapor ke sekolah ini sebenarnya berkaitan dengan kebutuhan raport dan surat keterangan pindah dari sekolah dalam bahasa Inggris. Itu nanti akan dibutuhkan sekali saat ngurus pindah sekolah anak di Indonesia. kalau perlu malah harus dilegalisir ke atdikbud kedutaan, terutama kalau memang ingin pindah ke sekolah negeri. Dulu kami tidak melakukan itu karena Nasywa masih kelas rendah dan memang mau sekolah swasta saja yang deket kampus biar enak antar jemputnya.
    Jadi jangan lupa minta semua raport ditranslete ke bahasa Inggris jika selama ini menggunakan bahasa Jepang. Raport Nasywa dulu memang 2 macam, ada bahasa Inggris ada bahasa Jepang jadi tidka begitu masalah. Kemudian surat keterangan bahwa sudah pernah sekolah di sekolah itu dari kelas berapa ke kelas berapa gitu, itu juga diperlukan. Atau kalau mau mantep, bertanyalah dulu ke Dinas Pendidikan di daerah di mana anak mau melanjutkan sekolah, syarat apa saja yang harus disiapkan sehingga nanti tidak harus merepotkan teman-teman saat sudah sampai Indonesia.

6. Janjian dengan perusahaan internet
    Dan iya, fasilitas internet cepat itu akhirnya harus dicopot juga. Bahkan mesin kecil apa namanya itu juga dibawa balik sama mereka. Ada biaya yang harus dibayar selain biaya bulanan, yaitu biaya cancelation. Biayanya sekitar 10rb yen wkwkwkw. Dirampok kamu nanti sama mereka. Sebel banget kalau inget aku. Jadi kalau di awal kalian pasang inet, aku dulu pake Sunnet, dapet voucher 10 rb, tabunglah itu, kembalikan pada mereka pada saatnya nanti.

7. Cancel Provider telpon selular
    Tahap ini dulu aku lakukan sekitar sepekan sebelum pulang. Dan selama sepekan itu aku ga bisa ditelpon, ga bisa nelpon, kecuali ada internet. Karena begitu kita bilang mau putus kontrak, mereka langsung cut aja ga pake ba bi bu. Untung ada temen satu Lab yang nolongin. Dia bantu beli kartu docomo internet, dipasang sementara jadi paling ga hp kita ada pulsa internetnya jadi bisa ditelpon dan menelpon dengan Line atau WA.
   Selama di sana dulu pernah punya kontrak sama AU pernah punya kontrak sama Softbank. yang AU sudah diputus jauh-jauh bulan, karena juga hp nya cuma dipake mainan Nasywa. Dia masih bisa hubungi Umminya lewat internet rumah kalau pas di rumah. Sedang yang softbank itu dipake sampai detik terakhir..eh minggu terakhir.

Hmm...akhir ya tulisan ini selesei juga. Dulu ga sanggup nyeleseiin karena masih nyesek. Abis itu ga bisa nyeleseiin karena ga mood. Setelah itu ga diseleseein karena sok syiibuuks hehehe Sekarang bisa diseleseikan karena sedang #diRumahAja akibar Covid-19. Ga tahu mo ngapain lagi, udah mati gaya. Bosen ama rebahan dan drakoran. Kembali ke Laptop latihan nulis lagi.

So...semoga bermanfaat buat temen-temen yang ntar mau BFG ya...see you....



Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kafunsho, alergi pollen yang datang setiap tahun

Sudah sejak pertengahan Maret tahun ini saya merasakan siksaan setiap pagi yang bersumber dari hidung. Siksaanya berupa hidung meler dan gatel. Melernya itu bening dan banyaaaaak. Banyak banget lah pokoknya sehingga setiap pagi saya harus membawa serta tisyu kemana-mana bahkan ketika harus nongkrong di toilet. Saya kira saya kena flu, makannya saya minum sanaflu. Demikian kata mab Desy Ratnasari ya hehehe. Cuma yang aneh kok kalau saya flu tapi kenapa badan rasanya biasa aja. Ga kayak orang sakit flu gitu. Ok, sanaflu ga mempan maka saya beralih kepada vitamin C. Hampir setiap hari minum UC 1000. Saya agak khawatir juga sama ginjal karena 1000 mg itu guedeee banget lho. Ditambah saya ga begitu suka minum air bening yang fungsinya buat netralisir. Pak guru sempet bilang " Kamu kafun kali... kan sudah tahun ke-5 ini " Tapi saya tetep ga percaya. Masak iya sih kafun pas di tahun terakhir. Perasaan dari tahun tahun sebelumnya ga kayak gini deh masak tahun ini baru mulai.

Buat kamu yang masih ragu menulis di mojok. Iya kamu!

Beberapa pecan yang lalu tulisan ku lolos meja redaksi mojok.co (link nya http://mojok.co/2016/03/surat-untuk-bu-ani-yudhoyono/ ). Web favorit anak muda yang agak nyleneh tapi asyik ini memang menantang sekali. Para penulisnya kebanyakan anak muda-muda yang berdaya nalar mletik. Pinter tapi unik. Yang sudah berumur ada juga sih, kayak si Sopir truk Australia, atau kepala suku Mojok, Puthut EA dan juga wartawan senior Rusdi Mathari. Mereka itu guru maya menulis yang baik. Tulisan mereka, kecuali si supir truk, mengalir dengan indah. Sederhana tapi penuh makna. Alurnya jelas. Kalimatnya mantap tidak pernah bias. Aku selalu dibuat kagum dengan tulisan-tulisan mereka, bahkan yang hanya status Fb. Yang selalu menjadi icon dan lumayan bullyable di mojok itu adalah Agus Mulyadi. Anak muda yang terkenal karena kemrongosan giginya ini selain jadi photosop juga jago nulis. Tulisan-tulisannya di Blog pribadinya khas sekali. Dengan umpatan-umpatan khas magelangan. Plus cerita-cerita lugu yang

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 1]

Ga nyampe dua bulan udah mau kelar tahun 2023 ini. Doa-doa di akhir tahun lalu dikabulkan dengan bonus-bonus yang luar biasa. Minta tahun 2023 diisi dengan banyak jalan-jalan, eh beneran dikasi banyak perjalanan baik dalam provinsi beda kabupaten sampe ke luar negeri. Kadang sehari bisa dari pagi mruput ke timur selatan naik-naik ke Gunung Kidul, agak siang turun ke utara kembali ke Sleman, lalu sorenya udah harus ke barat meskipun tujuannya bukan mencari kitab suci. Ada banyak banget PR menulis yang belum sempat dikerjakan. Baik menulis paper maupun menulis catatan perjalanan. Biar ikut les menulisnya itu adalah sibgha hnya ya 👀. Oke lah kita mulai mengerjakan PRnya satu-satu. Tadi pas nongkrong sempet kepikiran mo berbagi kesan saat jalan-jalan ke berbagai negara tahun ini. Kesan ini tentu sifatnya sangat subjektif ya. Masing-masing orang bisa menangkap kesan yang berbeda. Ini menurutku saja, mungkin kamu berbeda, ga papa ga usah diperdebatkan.  1. Bangkok, Thailand     Sampai Bangk