Skip to main content

A year to go (again)... Happy New Year!!


Gambar di atas adalah hiasan yang biasa dicantolin di atas pintu depan sampai tanggal 14 Januari (kl g salah) untuk kemudian dibakar. Ada satu lagi hiasan wajib tahun baru, yaitu batang bambu dipotong kayak bambu runcing sebanyak 3 buah ditaruh di pot di depan rumah. Buat apa? Hmm...belum tahu 😅😅
Tapi...
Ada beberapa hal yg sekiranya bisa diambil dijadikan bahan pertimbangan bagaimana kita merayakan tahun baru dari tradisi di Negeri Kenshin Himura ini.
1. Bersih-bersih (おそうじ=osouji)
Bersih-bersih ini melingkupi bersih-bersih sekolah bagi para siswa dan guru (dikenal dengan general cleaning kl di lab), tempat kerja, plus juga rumah.
Mirip lah kayak mau lebaran. Segala di elap, alas koran di rak diganti, yang sudah ga kepake dibuang (di sini dijual ke toko second hand kl barang berharga), lantai di pel plus wax biar mengkilap jreng jreng kencling.
Yah, kira-kira pesan moralnya agar kita bisa menyambut tahun baru dengan kondisi bersih lahir batin. Mirip kan sama lebaran?
Ish..jadi mellow
2. Pulang Kampung
Ini juga ga beda sama lebaran di Indonesia. Bagi para perantau, tahun baru dan golden week waktu obon itu wajib pulang ke rumah. Kumpul bareng keluarga, makan bersama, ke kuil untuk berdoa.
Konon katanya, sebuah keluarga akan merayakan tahun baru di rumah saja. Sejak malam tgl 31 sampai tgl 1 Januari. Kalaupun ke kuil ya bareng-bareng. Makanan yg disajikan biasanya aneka warna. Kl dulu emak-emak jepang biasa bikin sendiri sekarang kebanyakan beli. Harganya....wuih ngeri. Isinya ya ada udang trus kue macam-macam. Masing-masing punya maknanya sendiri.
Karena ada tradisi mudik itulah biasanya akhir tahun liburannya panjaaaaang. Sekitar seminggu dr tgl 29-6.
Tanggal 1 Januari juga hampir semua toko tutup. Kalaupun buka ya kl sdh agak malam. Oleh karena itu maka terjadi penumpukan konsumen di supa-supa pada tanggal 30/31. Jalanan macet eh yah antri panjang gt lah.
Saat malam pergantian tahun, ibu-ibu akan membangunkan anaknya jika sdh tidur. Sekedar meminta mereka meminum air atau sake barang seteguk. Demi menyambut tahun baru.

Jangan salah...malam tahun baru kalau kota kecil kayak Yamaguchi gini udah kayak kota mati. Semua toko tutup, gelap, sepi...
3. Ucapan Selamat
Ucapan selamat tahun baru di Jepang masih didominasi cara lama, kirim kartu pos. Meskipun zaman sekarang yah pake email, LINE, atau messages ga masalah. Tapi...bertukar kartu ucapan tahun baru itu hukumnya eh ga usah main hukum, intinya masih diberlangsungkan.
Hari terakhir bekerja biasanya masing-masing akan mengucapkan kalimat よい お年を (Yoi otoshi wo) yg artinya kurang lebih, semoga akhir tahun mu menyenangkan dan selamat menyambut tahun baru. Hahaha kok panjang ya...yah pokoknya begitu.
Kalau kita yah maaf-maaf an gitu lah sambil bilang "Mata rainen..!" Alias sampai ketemu tahun depan.
Nah, pas udah tahun baru trus ketemu lagi ucapanya udah lain lagi. Bilangnya 明けましておめでとうございます、今年もよろしくお願いします (Akemashite omedetou gozaimasu, kotoshimo yoroshiku onegaishimasu). Yang artinya...selamat tahun baru, tahun ini tolong ya saling membantu dan bekejasama.

So... Happy New Year 2017 buat teman-teman pembaca setia Blog ini...
Terimakasih sudah berkenan membaca cerita-cerita kami. Cerita yang rasanya kalau disimpan sendiri terlalu berarti, makannya dibagi-bagi.

Sesekali, bolehlah kasih masukan ya...meskipun tidak dikelola secara profesional, InsyaAllah semoga bisa terus memberikan keceriaan tersendiri hihihi

Sejujurnya, blog ini adalah gua tempat saya sembunyi dan menyepi. Lari dari segala kerjaan paper yang tak henti-henti. Coba dihitung sebagai publikasi, mungkin saya sudah lulus sekolahnya beberapa kali hahaha eh hihihihi


Comments

Popular posts from this blog

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Sekoteng Hati

  Aku sedang mencari tempat yang tepat untuk menikmati segelas sekoteng ini. Tempat yang sejuk, silir, dan sunyi. Tempat yang aman dari pandangan aneh orang saat melihatku melamun sambil nyruput sekoteng ini. Tentu saja juga tempat yang aman dari wira wiri jin keganjenan yang mungkin saja ingin merasukiku karena aku kebanyakan melamun. Aku sedang mencari tempat seperti itu. Aku juga sedang mencari teman, yang di pelukannya aku bisa menangis sepuasku. Jikapun dia merasa malu, maka menangis di pundaknya pun bagiku sudah cukup. Atau, biarkan aku menangis dan dia cukup memandangiku sambil sesekali ngecek updatean statusnya. Aku tak peduli. Karena aku cuma tak ingin menangis sendirian. Aku ingin ada yang tahu aku sedang pilu. Aku sedang mencari teman seperti itu. Atau mungkin, Akhirnya aku harus menjatuhkan pilihanku pada sekoteng ini. Biar cuma dia saja yang tahu aku sedang ingin memangis. Mungkin air mataku bisa menambah cita rasanya yang kemanisan. Atau...

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...