Skip to main content

Ingrid Stand Strong vs L'oreal UV Defender

Duluuu.... Saya termasuk yang ga peduli dengan pemakaian sunscreen di wajah. Saya pikir, yang penting wajah dapet skincare yang bagus maka sudah cukup. Hatapi, ternyata semahal apapun, sebagus apapun skincare mu, kalau wajahmu yang habis di-skincare-in itu ga dilindungi ya sama aja, rusak juga. 

Kesadaran itu tapi datang terlambat. Ya ga begitu terlambat sih, tapi cukup terlambat sehingga wajahku sudah banyak ternodai bercak hitam. Apalagi, karena setelah pulang sekolah kerjaan banyak dilakukan dari dalam ruangan, jadi ga begitu peduli lagi dengan pemakaian sunscreen.

Setelah tahu betapa pentingnya sunscreen, petualangan saya mencari sunscreen yang cocok pun dimulai. Duluuu waktu di Nihon, saya pakai moisturaizer yang sekaligus sunscreen SPF 50. Tapi...pas mo beli di sini harganya naudzubillah. Padahal di sana cuma 2000 yen an kenapa di sini jadi hampir sejutaan. Hmm....Shiseido emang gitu banget.

Oke lah, mulai nyoba sunscreen murah meriah, tapi rasanya jadi lengket, berminyak dan putih-putih gitu di wajah. Nyoba juga Sunscreen nya Bodyshop yang lumayan mahal juga, tapi baunya ga enak banget kayak plastik, jadi males mau make. Lalu konsul ke ponakan, dia kasih rekomendasi untuk membeli yang kemasan kecil, trial pack. Kalau cocok barulah beli yang kemasan besar. Lalu belilah sunscreenya Innisfree yang 5gr. Tapi ternyata meninggalkan whitecast alias bercak putih di wajah. Lahlu...nyoba merk lain yang katanya hasilnya mate, enak wanginya, tapi tetep rasanya berminyak banget. Bedak ga nempel sempurna. Kalau ga bedakan, wajahnya kileng-kileng minyak gitulah. 

Lahlu...lihat mbak Cinta Laura mempromosikan UV Defender punya L'oreal. Ada yang varian Invisible Fluid. Baca-baca reviewnya, dan memberanikan diri beli meskipun harganya lumayan. Kalau ga cocok maka jadi rezeki adek-adek yang biasanya mau makai skincare percobaan yang ga cocok itu.


UV Defender L'oreal kesayangan yang udah repurchase beberapa kali

Sunscreen ini keren banget. Tidak meninggalkan whitecast, ga jadi berminyak, dan cepat banget menyerap. Kalau di atasnya diaplikasikan bedak, bedaknya malah tambah nempel kayak perangko dikasi lem. Dan karena fluidnya itu encer plus ada tonenya, jadi kalau untuk yang wajahnya cenderung sawo matang akan kelihatan jadi lebih cerah sedikit. Tapi karena kulit wajahku se-tone dengan dia, ga kelihatan blas. 

Tapi yang namanya manusia mah gitu, habis lepas dari satu masalah, ketemu masalah lain 😋
Ceritanya kalau mau re-apply sunscreen habis wudhu, dan nyuci mukanya kurang bersih, agak berasa tebel dengan si invisible ini. Apalagi kalau pas di luar ruangan, ribet lah pokoknya. Lalu nyobain sunscreen yang spray punyanya SKINTIFIC. Enak sih, cuma ga yakin itu sunscreennya beneran nempel di muka apa ga 😁 Soalnya kan aplikasinya disemprot dengan jarak agak jauh dari wajah. Tapi yah lumayan lah.

Lahlu...di tengah semua pencarian, ketemulah tipe sunscreen yang stick. Aplikasinya kayak pakai roll on gitu, kayak rexona tapi di wajah. Nah, masalahnya, ini jenisnya buanyak banget. Wardah puya ini. Innisfree punya ini, trus merk-merk lain betebaran juga. Jadilah bacain review satu-satu dengan serius, ngalah-ngalahin baca jurnal buat bikin publikasi 😓 Dan hasil 'belajar' serius itu mengerucut juga menjadi sebuah kesimpulan bahwa kayaknya si Ingrid ini adalah yang ku cari!


Ini dia si Ingrid yang selalu Stand Strong!!

Mungil! itu kesan pertama pas barang datang. Dan harumnya mild banget kayak bedak bayi apa gitu. Tapi memang si Ingrid meng-claim bahwa dia water based, ga ada alkoholnya, aman dipakai dari baby sampai manula. Trus pas dicoba, ya ampuuuun ringan banget ga berasa pakai. Sampai ngolesnya berkali-kali tetep ga berasa kayak pakai sunscreen. Kulit juga jadi haluuuus persis kalau kamu habis pakai Skin Boost-nya Bodyshop. Liciin banget.

Kekurangan dari produk ini hanyalah, karena tetep bagaimanapun ada minyaknya, kalau dikasi bedak di atasnya apalagi yang compact, ga bisa nyatu. Kayak cuma di atasnya gitu. Enak banget kalau di hari itu kamu memutuskan ga pakai bedak cukup sunscreen-an aja. Atau ya itu, buat anak-anak ini pas banget.

Trus jadinya milih yg mana?

Tetep kalau pagi pakai UV Defendernya L'oreal. Siangnya, setelah wudhu kalau ga mau ribet aku pakai si Ingrid aja. Set set udah. Harganya ya hampir sama ya. Ga tahu kalau di outlet langsung. Sebab pengalaman kalau beli di toko malah jadi lebih mahal. Soalnya kata mbak yang jaga, di toko udah kena pajak sedangkan beli online ga kena pajak.




Comments

Popular posts from this blog

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Sekoteng Hati

  Aku sedang mencari tempat yang tepat untuk menikmati segelas sekoteng ini. Tempat yang sejuk, silir, dan sunyi. Tempat yang aman dari pandangan aneh orang saat melihatku melamun sambil nyruput sekoteng ini. Tentu saja juga tempat yang aman dari wira wiri jin keganjenan yang mungkin saja ingin merasukiku karena aku kebanyakan melamun. Aku sedang mencari tempat seperti itu. Aku juga sedang mencari teman, yang di pelukannya aku bisa menangis sepuasku. Jikapun dia merasa malu, maka menangis di pundaknya pun bagiku sudah cukup. Atau, biarkan aku menangis dan dia cukup memandangiku sambil sesekali ngecek updatean statusnya. Aku tak peduli. Karena aku cuma tak ingin menangis sendirian. Aku ingin ada yang tahu aku sedang pilu. Aku sedang mencari teman seperti itu. Atau mungkin, Akhirnya aku harus menjatuhkan pilihanku pada sekoteng ini. Biar cuma dia saja yang tahu aku sedang ingin memangis. Mungkin air mataku bisa menambah cita rasanya yang kemanisan. Atau...

Pentingnya Memvalidasi Perasaan

  Salah satu sudut Aston University di Birmingham Hei Apa kabar Hati? Pergi jauh lagi, untuk waktu yang juga tidak sebentar, entah kenapa akhir-akhir ini rasanya lebih berat. Entah, aku sendiri bingung mendefinisikan ini tu rasa apa gitu. Sulit sekali memvalidasi apakah ini sedih? takut? rindu? atau apa?! Aku bingung, sebab betapa excitednya pas harus ngurus visa waktu itu. Mengejar pesawat iwir-iwir dari Adi Sutjipto, turun di Halim, sudah dijemput taxi, lalu menembus kemacetan Jakarta untuk wawancara yang less than 10 minutes, lalu udah masuk taxi lagi ke Soekarno Hatta ngejar pesawat ke Jogja. Udah kayak mudik ke Muntilan aja dalam beberapa jam Jogja-Jakarta. Visa pun, entah kenapa juga bikin deg-deg an. Pasalnya memang nominal di tabungan menggelembung di beberapa hari sebelum masukin syarat-syarat. Bisa karena ini ga bisa dilolosin, kata mbak-mbak Santana. Tapi ya Bismillah lah, kalau visa ga keluar, mungkin aku harus ke Bali saja menemani anak-anak Abdidaya.  Anak-anak s...