Skip to main content

Blighted Ovum (BO): Diputusin Pas Lagi Bucin

Sudah sering dengar istilah itu, tapi kayaknya saya misheard alias salah dengar. Saya dengernya blinded ovum 😂 dengan asumsi ovumnya ga lihat gt trus salah ketemunya trus janinnya ga berkembang. Ealah gini amat padahal IELTSnya 6,5 tapi listeningnya rada jangan gori, alias gudeg eh budeg 😅

Istilah lain dari kasus ini adalah unembrionic pregancy, atau kehamilan tanpa embrio, alias zonk. Ada juga yang menyebut hamil anggur. Apapun istilahnya, intinya adalah, seorang wanita dinyatakan positif hamil karena kadar hormon HSGnya tinggi yang ditandai dengan garis dua ketika dilakukan tes urine, hasil USG pun menyatakan ada kantung kehamilan di rahim, tetapi tidak ada janin di dalam kantung itu. 

Semua Ibu yang mengalami ini akan merasakan semua gejala kehamilan. Dia akan merasakan badannya tidak enak, mudah lelah, mabuk darat laut dan udara semua jadi satu, tapi semua itu hanya kamuflase hormonal belaka. Pokoknya kayak kamu udah dibucinin sampe klepek-klepek tapi aslinya dia cuma main-main aja gitu loh.

Sayangnya, bagi ibu-ibu yang tidak punya akses ke sarana kesehatan yang bagus, tidak akan sadar bahwa dia sedang 'dibohongi' oleh tubuhnya sendiri. Dia masih terus dibuai harapan bahwa ada janin di dalam rahimnya yang harus dia lindungi dan kasih makan. Meskipun perut gak enak tetep harus makan. Minum vitamin rajin-rajin, bahkan kalau perlu minum susu khusus ibu hamil. Sampai nanti di akhir trimester pertama dia akan mengalami spontaneous abortion (SA) atau keguguran. 

Keguguran itu rasanya kayak diputusin pas kamu lagi sayang-sayangnya, pas kamu udah ngorbanin banyak hal, dan kamu udah rela menderita demi cinta itu. Sama pedihnya. Sama berat rasa kehilangannya. Dia yang selama beberapa minggu udah ikut kamu ke mana-mana, tiba-tiba udah ga ada. Dia yang kadang secara ga sadar udah kamu ajak bicara, tiba-tiba udah ga ada lagi. Dia yang jadi penyemangatmu setelah penantian dan perjuangan yang begitu besar, ternyata tak pernah benar-benar ada. Bagaimana dengan aku....yang terlanjur mencintaimu.... yah gitulah kayak lagunya Mahalini.

Dari 5 kehamilan yang saya alami, 3 diantaranya adalah BO. Kejadian pertama SA di umur 11 minggu. Kejadian kedua SA di umur 13 minggu. Dan yang kemarin itu, tidak sampai SA karena di minggu ke-7 (jalan 8) sudah ketahuan, kami minta di-terminated saja. Di dua kejadian pertama, waktu itu USG masih abdominal, dan priksanya juga jarang-jarang. Tapi karena kemarin hamil di usia yang sudah rawan, lalu ada riwayat ectopic juga, maka begitu tahu hamil langsung ke dokter memastikan bahwa kantung kehamilan ada, bukan di luar rahim lagi hamilnya. Sayangnya, setelah semua rasa itu, di pemeriksaan minggu ke-7 dokter menyatakan bahwa di dalam kantung tidak ada embrionya. Kosong. Hasil USG intravaginalpun hanya terlihat dark spot. Kosong. Dan diagnosa ditegakkan bahwa itu adalah BO. 

Saya sempat menegaskan ke dokter, lah saya sampek lemes gini Dok, masak ya ga ada yang berkembang? Dan ternyata ya itu, tubuh saya dibohongi sama hormon. Secara fisiologis saya adalah ibu hamil, karena hormon kehamilan naik. Gejala fisik pun nampak sebagai ibu hamil. Sayangnya, itu semua palsu! Langsung ambyar bendungan saya waktu dokter Upik menjelaskan.

Ini memang kehamilan yang tidak disangka-sangka. Setelah sekian tahun berjuang untuk hamil, dan sudah pada fase "Ya sudahlah, mungkin memang rezeki anaknya cuma 1 aja", sudah berdamai dengan segala pertanyaan seputar "kapan hamil lagi?", "Kok Nasywa ga dikasi adek sih?", "kok anaknya cuma 1 sih?" dan yang semacamnya, kami dikejutkan dengan dua garis biru di test pack yg saya beli sore itu. Spontan bertiga kaget, haru, seneng, deg-degan, gubyuh telpon ke klinik janjian dokter agar segera bisa dipastikan kondisinya sebab beberapa hari sebelum ketahuan saya banyak banget kegiatan yang menguras tenaga. 


Apapun itu,
Alhamdulillah sudah diberi kesempatan Allah untuk merasakan senangnya jatuh cinta eh hamil lagi, meskipun belum rezekinya. 
Alhamdulillah lagi-lagi diingatkan Allah untuk mensyukuri nikmat-nikmat sekecil apapun, contohnya nikmat hidung yang tidak terlalu tajam penciumannya.
Alhamdulillah diingatkan bahwa sudah ada dia yang dititipkan Allah kepada kami, yang selalu memberikan kejutan-kejutan saban hari, dan menjadi motivasi kami untuk menjadi lebih baik lagi.

Kalau ditanya, apa sebab BO atau SA yang berulang itu? 
Dari hasil nguplek jurnal, tersangka utamanya adalah adanya abnormaliti pada kromosom. Entah kromosom bapak atau ibu. Di salah satu laporan penelitian disebutkan bahwa kemungkinannya sangat acak. Tidak bisa dipastikan porsi terbesar penyebab ada di kromosomnya siapa. Dan tentu, kalau kamu punya uang banyak, bolehlah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, sekarang sudah mungkin banget untuk itu. Tapi kamu harus siap dengan hasilnya. Jangan sampai setelah tahu di kromosom siapa terdapat kelainan, lalu saling menyalahkan, akhirnya bubaran. 

Tetap semangat untuk bunda-bunda yang masih ingin hamil lagi. Saya sudah saja. 







============


Comments

Popular posts from this blog

Aku yang mulai sakit

Aku mulai merasa sakit Sakit akibat rasa marah yang tak berkesudahan Atas kata-katamu yang tak tajam Tapi sanggup merobek-robek semua file kebaikan tentang dirimu Lalu, Aku berusaha menyusun serpihannya Dengan menggali dibalik neuron-neuron otakku Semua kebaikan tentang mu Aku sudah merasa sakit Jauh sebelum pekan itu Sejak sekian ratus hari lalu Dengan kecewa yang bagai cermin Sama namun terbalik gambarnya Meski sejak itu, Aku berjanji tak akan pernah lagi merasa sakit Jikapun kau lakukan hal yang sama padaku Karena sejujurnya aku tahu Pengorbananmu lebih besar dari cintaku Aku mulai merasa sakit Sakit atas rasa takut yang tak kepada siapaun bisa kubagi Aku menoleh padamu tapi tembok yang kubangun terlalu tinggi Aku tak menemukanmu dalam jangkauan tanganku Aku kehilangan kepercayaan atas ketulusanmu ( Yamaguchi, sekian puluh purnama yang lalu. Beberapa minggu menjelang ujian Doktoral. Entah puisi ini ditulis untu...

Beda Negara, Beda Kota, Beda Vibes-nya [Part 2]

      Oke kita lanjut ya 👉     Kalau di part 1 kita beranjangsana ke negara tetangga, di part 2 ini kita mau menengok tetangga agak jauh. Duh, bukan agak lagi ya, ini emang jauh banget. Ini kayaknya penerbangan terlama sepanjang sejarang penerbangan yang pernah ku lalui. Kalau ke Jepang itu cuma maksimal 7 jam, ini untuk sampai di transit pertama butuh waktu 9,5 jam, lalu lanjut penerbangan 4 jam lagi. Ke manakah kita? eh Aku? 😅 4. Turki (Bursa dan Istanbul)     Agak penasaran sama negara ini karena salah satu temen brainstorming (a.k.a ghibah 😂) sering banget ke sini. Ditambah lagi dengan cerita-cerita dan berita-berita yang bilang negara ini tu kayak Jepang versi Islamnya, jadilah pas ada paket ke Turki lanjut Umroh kita mutusin buat ikutan. Datang di musim gugur dengan suhu galau yang ga dingin-dingin amat tapi kalau ga pake jaket tetep dingin dan -kaum manula ini- takut masuk angin, membuat kami memutuskan pakai jaket tipis-tipis saja. Dan ben...

Tiba Saatnya Kembali untuk Pulang

"All my bag are packed, I am ready to go,  I am standing here outside your door,  I hate to wake you up to say goodbye...." Siapa yang tak kenal lagu itu? Lagu kebangsaan para perantau setiap kali harus pergi dan pulang. Lagu yang menggambarkan betapa beratnya segala bentuk perpisahan itu, tak terkecuali berpisah untuk bertemu, dan berpisah untuk kembali ke tempat asal. PULANG. Sudah berapa lama ya ga nulis? Lamaaa sekali rasanya. Padahal banyak ide berseliweran. Apa mau dikata, kesibukan packing dan sederet hal-hal yang berkaitan dengan kepulangan ke tanah air, merampas semua waktu yang tersisa. Semua begitu terasa cepat dan hari berganti bagai kita membalik lembaran buku penuh tulisan membosankan. Akhirnya, senja benar-benar telah sampai di gerbang malam. Sudah saatnya mentari kembali ke peraduan. Bersama orang-orang kesayangan. Khusus untuk di Jepang, pulang selamanya (duh...) atau back for good (BFG) itu harus menyeleseikan terlebih dahulu banyak ha...