Mari manfaatkan 17 menit waktu sisa sebelum pukul 10 pagi waktu Yamaguchi untuk menulis hal remeh temeh ini. Iyes...itu adalah sepatu bukan alat untuk melempar sesuatu seperti inu. Sepatu itu saya beli saat winter tahun 2014, sudah hampir dua tahun. Meski secara fisik sudah seperti itu, penyok sol bawahnya karena ciuman dengan knalpot motor waktu pulang ke Kudus setahun lalu, dan mbaret di beberapa tempat bagian atasnya karena kena tembok pas mau jatuh dari sepeda, tapi sepatu itu so far masih jadi sepatu favorit saya dari 5 pasang sepatu lainnya. Byuh...ternyata saya punya banyak sepatu. Bagi wanita kebanyakan, yang banyak itu kayaknya termasuk saya, punya sepatu lebih dari 3 pasang itu hal biasa. Beda warna, beda mode, beda tinggi hak, beda tujuan pemakaian, beda pasangan pakaian. Niatnya pas beli sih begitu...dan mungkin beberapa memang mengimplementasikannya begitu. Tapi eh tapi...tidak buat saya Waktu itu karena alasan dingin, saya memutuskan membeli sepatu Reebok warna bir...